Pagi ini begitu hangat, sehangat kepalaku yang mulai dijejali kembali rumus masa lalu yang pernah hadir, dan harus kuhadirkan kembali demi masa depan yang lebih baik (iklan beettt). Baiklah, di hari Rabu yang selalu spesial, 6 Agustus 2014 ditemani segelas air putih dan sari roti cokelat, inspirasi menulis tiba-tiba muncul. Mungkin karena kemarin habis baca kata pengantar skripsinya Nana yang begitu sadis, sampe-sampe hampir air mata ini tumpah di depan publik. Tiba-tiba aku ingin membuat tulisan ini di detik-detik terakhir diriku di Makassar, meninggalkan kebersamaan kita di kost tercinta ini, meninggalkan malam-malam yang selalu ceria atau galau mengikuti alur hidup si empunya cerita. Galau karena skripsi, masa depan, dan tentu saja CINTA.
Di antara tumpukan buku mekanika, fismat, fisika zat padat merayap, dan embel-embel lain tentang Fisika, aku ingin menulis ini. Berjuta terima kasih untuk kalian yang ditakdirkan Tuhan untuk dekat denganku, manusia berbagai karakter unik, pelajaran tersendiri untukku, hidupku, dan masa depanku. Terima kasih sudah mau repot hadir di hari dan hatiku, sahabat sekaligus saudara buatku (edisi mewek). Buat tetangga terdekat, Jayen (Jayanti, si Sunda berdarah Batak), si misterius dan introvert di bulan-bulan awal aku mengenalnya. Si peri teknologi informasi dan komunikasi (anak Ilmu Komunikasi UNHAS kok), penolong pertama (selain Google) saat aku tersesat di lembah kegaptekan. Makasih Jayen, kau menyadarkanku bahwa dunia maya juga penting, apalagi di masa depan karierku kelak. Tapi jangan keseringan di sana yah, walau bagaimanapun dunia kita tetap disini, di tempat kita berpijak. Sehebat apapun kita di dunia maya, kita tetap gak ada apa-apanya tanpa aplikasi nyata di dunia nyata. Yah, karena manusia makhluk konkrit, bukan abstrak. In addition that, cepat-cepatlah kau selesaikan skripsimu, desain kebayanya aja sudah ada ;).
Lompat ke kamar no 1, Nana ajaib. Kombinasi manja, dewasa, galau, bijak, keras, dan beberapa sifat yang agak kontradiktif. Si motivator, penasehat, dan buku berjalan, my twin dalam proses dan pengalaman hidup. Meski beda usia 3 tahun, dia tetap bisa mengimbangiku. Semangat Nana, kita berjuang di tempat berbeda, tapi Alhamdulillah satu pulau. Biarlah cerita apapun tentang hidup tetap mengalir menjadi rangkaian kenangan, tetap berkreasi di sana, masa depan lebih keren menanti kita. Terima kasih juga karena darimu aku belajar banyak, mengenal Tuhan dan berbagai kejadian melalui pemahaman logika meski terbatas. Dan satu lagi, jangan pernah memanjakan perasaan, karena sekali dia mendapat ruang maka seperti gas dia akan menyebar dengan cepat, memenuhi segenap ruangan hati, bahkan bisa menembus tempat lain. Dan kau sudah tahu bahayanya. Kecuali, memang untuk seseorang yang dikirimkan Tuhan saat kau sudah siap.
Kakak Anni, bu dokter dan bu dosen. Nama ketiga yang amat sangat banyak membantuku. Kalo mereka berdua membantuku lebih ke hal abstrak, maka bu dokter membantuku di teknisnya. Mulai dari meminjam properti yang kubutuhkan, mengantar ke sana ke mari, sampai mentraktir ini itu. Terima kasih banyak kak, semoga tahun ini milikmu bersamanya, Allah melancarkan hingga jenjang selanjutnya. Aamiin. Terakhir, tetaplah berdiri menjadi Kakak Anni yang tangguh, meski banyak duri di luar sana, jika kau yakin itu yang terbaik maka pertahankanlah. Anggaplah mereka masih kurang memahami apa yang kita lakukan. Masih kurang dewasa untuk menyikapi, meski kita tetap harus terus belajar. Bagiku kau salah satu inspirasi dan kakak terbaik.
Dan, pada akhirnya kita harus berjuang di tempat berbeda, meski jarak dan waktu memisahkan kita untuk saat ini, tapi mereka jugalah yang pernah dan akan menjadi penyatu kita. Terima kasih atas semua kenangan indah itu, salah satu puzzle di episode hidupku. Maaf jika pernah terbersit kata tak pantas dan tingkah tak wajar dariku, itu karena aku menyayangi kalian. See you in the next part,,,