Minggu, 10 Mei 2020

Trip to Malaysia-Singapura (Edisi Singapura)

Bismillahirrahmanirrahim
"Bu Una sy batalkan ke Malaysia Singapore. Bu Una bersedia pergi?" Tiba-tiba WA dari kepala sekolahku masuk ketika jam mengajar hari itu. Seketika WAprian itu membuatku galau, meskipun entah kenapa dari awal aku ada firasat bahwa akulah yang akan diutus sekolah untuk mendampingi siswa study tour ke Malaysia-Singapura. Kenapa galau? Padahal justru banyak yang mendambakan perjalanan ini. Secara pribadi, aku ada beberapa alasan untuk ini. Pertama, bulan November kemarin baru saja melaksanakan umroh, terus terang masih jetlag. Kedua, aku tipe orang yang harus mempersiapkan segalanya untuk suatu tujuan, nah kabar ini disampaikan kurang dari sepekan dari tanggal keberangkatan, 05 Februari 2020. Ketiga, aku harus mempersiapkan titipan materi dan tugas untuk siswaku kurang lebih 3 hari. Belum lagi, siswa SMA yang akan berangkat ternyata belum memiliki passport, masih sementara diproses.

Sehari sebelum hari-H keberangkatan, entah kenapa masih ada beberapa masalah yang belum kelar. Mulai dari pengumpulan passport hingga biaya pesawat yang tiba-tiba melambung. Otomatis, hal ini harus disiasati. Menjelang sore hari ketika sementara mengajar, diam-diam aku keluar kelas dan nangis di pojok perpus. Ya Allah, entah kenapa baper begini.

Singkat cerita, dengan segala keruwetannya, Alhamdulillah Allah memberikan kelancaran. Pesawat kami berangkat setelah dzuhur dan sampai di bandara KL petang hari. Rombongan menuju ke Johor Baru untuk check in hotel, yang sebelumnya mampir ke rest area terlebih dahulu untuk sholat dan makan malam. Alhamdulillah, akhirnya merasakan udara Malaysia. Hawa udaranya tak jauh beda dengan Indonesia, yang berbeda hanya logat Melayunya yang kental.

Sesampainya di hotel, kami istirahat sejenak, sholat Subuh lalu bersiap ke Singapura via bus. Setelah sarapan, rombongan pun berangkat. Masya Allah, sebentar lagi merasakan udara Singapura. Menurut keterangan tour guidenya, Singapura adalah salah satu negara terdisiplin. Hal tersebut terbukti ketika akan memasuki negara ini, beberapa dari kami ditahan sementara di imigrasi. Ada yang sidik jarinya tidak terbaca sampai ada pula yang tidak tau kenapa dibawa ke ruangan pemeriksaan hehehhe. Tapi salut sih, petugasnya sangat cepat dalam melayani, ramah dan sistem keamanannya pun ketat. Jadi, proses pemeriksaan kami berjalan cepat.

Kami melanjutkan perjalanan ke Singapura. Masya Allah, di sepanjang perjalanan hanya hijau dan bebas polusi yang kami rasakan. Menurut tour guidenya, pemerintah dan warga Singapura memiliki peraturan sekaligus kesadaran untuk mencanangkan penanaman pohon setiap tahun di Bulan November. Kendaraan beroda empat pun memiliki peraturan sendiri, harus diganti setelah maksimal 10 tahun penggunaan. Jam operasionalnya pun diatur sedemikian rupa. Eh satu lagi, harga plus pajaknya muahhhaaalll. Kombinasi kedua peraturan ini yang membuat tidak banyak mobil yang berseliweran di Singapura. Peraturan selanjutnya tentang rokok. Harga kedua termahal setelah mobil dan pajaknya adalah rokok, sehingga persentasenya menurun beberapa tahun belakangan. Jika ada yang ingin merokok, ada tenpat tersendiri yang disediakan. Merokok di tempat umum? Siap-siap didenda, hehehe. Karena wilayah Singapura sempit, maka rata-rata warganya tinggal di apartemen. Pembangunan tidak ke samping, tapi ke atas untuk meminimalisir penggunaan lahan. Para pemudanya juga diwajibkan untuk wamil (wajib militer). Maka, mereka menikah di usia sekitar 28 tahun ke atas. Kalau di Indonesia mah sudah dibully yah, heheheh. Singapura yang bersih dan seperti hutan kota betul-betul memberikan kemyamanan tersendiri. Tapi satu kekurangannya, di kamar mandi umum, harus pakai tisu, airnya minim.

Foto di depan Patung Marlion

Destinasi pertama kami adalah Marlion Park. Panas ternyata, heheheh. Untung pakai sunscreen. Ternyata keindahan foto selama ini yang dipamerkan di medsos, diperoleh dengan penuh perjuangan menaklukkan panas matahari yang serasa dekat sekali. Setelah kerempongan foto-foto dengan anak SMP dan SMA yang susah sekali dikumpulkan (maklum, mereka sudah besar, pasti pengen jalan sendiri), kami berjalan ke arah bus sambil mendengar penjelasan dari tour guidenya.  Marlion ternyata akronim dari marmaid dan lion, patung berbadan ikan dan berkepala singa. Nah, di sana pun ada semacam waduk. Ini bukan sembarang waduk, tapi digunakan airnya oleh warga Singapura ketika musim kemarau tiba. Dan saat musim hujan, air ditampung di tempat tersebut sehingga tidak terjadi banjir.
Waduk yang saya maksud

Setelah puas berfoto dan jalan di Marlion Park, kami pun kembali ke bus dan menuju ke Bugis Junction (BJ) untuk belanja ole-ole khas Singapura. Oo iya, BJ itu adalah tempat para perantau yang bersuku Bugis tinggal saat dahulu kala. Seperti kita ketahui, suku Bugis terkenal dengan pelautnya. Nah, hal tersebut cukup menggentarkan penjajah saat itu. Pelaut Bugis termasuk yang tidak gampang diajak negosiasi.
Di foto jelas terlihat kan tulisan Bugis Junctionnya

Jika ada yang tidak sempat menukarkan mata uang rupiah dengan dollar Singapura, tidak usah khawatir. Toko-toko di sini menerima mata uang dollar Singapura, Ringgit Malaysia dan Rupiah Indonesia. Yah meski nilai tukarnya pasti lebih tinggi.

Setelah puas berbelanja, kami menuju Pulau Sentosa. Nah sekedar informasi, Universal Studio Singapura yg terkenal dengan tulisan UNIVERSAL yang senantiasa bergerak itu berada di Pulau Sentosa. Selain berniat foto di depan tulisannya, kami juga akan menyaksikan pertunjukan Wings of Time. Pertunjukan ini adalah perpaduan antara drama di dunia nyata dan dunia maya 3D yang melibatkan kami sebagai penonton. Hehe, aku sendiri bingung menjelaskannya. Lihat saja video di bawah ini yah


Nah, keren kan. Pertunjukan dimulai sekitar Pukul 20.40 dengan harga 18 Dollar Singapura per tiket. Alhamdulillah dapat tempat duduk di tengah jadi kelihatan jelas. Sambil menikmati pertunjukan, kita juga bisa menyaksikan pemandangan Pulau Sentosa di sekitar lokasi, karena tempat pertunjukannya outdoor.

Sebelun masuk ke pertunjukan Wings of Time, kami menikmati suasana di depan Universal Studio (di depannya aja) sambil berfoto. Kan tidak sah yah kalau ke sini tanpa foto, meski gak masuk hehehhe.
Oo iya lupa, sebelum ke Pulau Sentosa, kami terlebih dahulu ke Garden by The Bay, semacam taman atau lebih tepatnya disebut hutan kota di Singapura. Berbagai jenis tanaman ada di sini, asri sekali meskipun Singapura juga adalah kota industri.
Ini baru penampakan sebagian kecilnya.

Setelah menyaksikan pertunjukan Wings of Time, kami pun menuju ke Johor Baru, tempat hotel kami. Seperti sebelumnya, kami ke imigrasi Singapura lagi untuk melapor sebelum meninggalkan kota kecil nan cantik ini. Amat sangat ketat memang, yang masuk dan keluar harus jelas.
Ok, sekian dulu untuk trip kali ini. To be continue ke Edisi Malaysia yah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL 11 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Sabtu, 31 Agustus 24: Sekitar pukul setengah 9 malam, Cawa tidur setelah meminum susu dari botol susunya. Tapi, sek...