Tetangga sekaligus keluarga yang rumahnya persis di sebelah rumahku
Beliau sudah kuanggap ibu sendiri karena waktu kecil sering ikut ke mana beliau pergi
Sering nginap di rumahnya sampai usia SMA yang sudah mulai jarang
Sekitar dua bulan sebelum pandemi, beliau mengeluh sakit dada dan pinggang
Beliau punya riwayat paru-paru basah
Tapi entah kenapa beliau tidak memeriksakan diri ke dokter spesialis Paru
Malah mengantar suaminya ke dokter lain karena saat itu sang suami juga lagi ada masalah di kelenjar prostatnya dan sempat dirawat di rumah sakit umum daerah Makassar
Aku saat itu beberapa kali menjenguk, bahkan pernah sekali nginap di sana
Alhamdulillah suaminya dinyatakan sembuh dan boleh pulang ke rumah, meski tetap berobat jalan
Tidak berapa lama, penyakit Puang Aji semakin parah
Batuknya semakin sering dan agak kesusahan untuk berbicara
Akhirnya beliau pun ke dokter umum, belum ke spesialis hingga beberapa kali tak ada perubahan berarti
Beliau akhirnya mendengar saran kami untuk ke rumah sakit agar dirontgen
Hasilnya, ternyata ada tumor di paru-parunya
Meskipun sudah masuk ke pandemi, beliau tetap memberanikan diri ke Makassar karena sesak dan batuk yang dialami sudah tidak tertahankan lagi
Dengan diantar oleh anaknya, mereka berdua ke tempat dokter interna, dokter langganannya bapakku
Beliau tidak ke dokter spesialis paru karena semakin merebaknya kasus Covid-19
Dokter ini meminta beliau diantar ke RS Stella Maris untuk menjalani CT Scan 4D
Lalu hasilnya dibawa kembali ke dokter itu
Sepulang dari sana, beliau mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter tersebut
Saat itu bulan puasa, dan beberapa item yang kumasak di rumah, kubawakan ke rumah beliau
Siapa tau mau dimakan
Karena beliau tipe orang yang agak susah makan
Sehari setelah idul fitri, beliau meminta untuk dibawa ke RS terdekat karena sudah tidak tahan dengan sesak napas yang dideritanya
Singkat cerita, beliau dirujuk ke RSUD dan seperti pasien lain, karena saat itu adalah pandemi Covid-19, maka beliau harus dites rapid dan swab
Beberapa hari kemudian, hasilnya keluar dan beliau dinyatakan positif
Ya Allah, seluruh penduduk di desa kami gempar, media pemberitaan heboh, apalagi kami yang sering bertemu dan berdekatan dengan beliau
Sore harinya, petugas kesehatan dari kecamatan mendatangi rumah saya dan 3 rumah lainnya
Kami diinterview dan diminta untuk isolasi mandiri selama 14 hari
Sedangkan Puang Aji dibawa ke Makassar untuk dirawat di RS khusus Covid-19 dan keluarga intinya dibawa ke rumah singgah di kabupaten kami untuk diisolasi
Setelah diswab untuk kedua kalinya, Puang Aji dinyatakan negatif dan dibawa ke ruang perawatan
Keluarga intinya pun akhirnya dijemput oleh kepala desa kami dan dibawa pulang karena hasil swabnya juga negatif
Kabar gembira ini tidak bertahan lama ketika ada informasi bahwa keadaan kesehatan Puang Aji menurun drastis
Yah, itu karena penyakit tumor parunya yang semakin parah
Akhirnya keluarga intinya pun menuju ke Makassar untuk menemui beliau, itupun karena dokter yang memanggil
Kami yang ada di kampung harap-harap cemas menunggu kabar
Dan sehari setelahnya, tepat Hari Jumat saat Khutbah Jumat, Puang Aji menghembuskan napas terakhir
Insya Allah beliau meninggal dalam keadaan husnul khotimah
Ya Allah, beliau selalu mengatakan kepadaku agar suatu hari bersuamikan lelaki yang baik agama dan akhlaknya
Meskipun Puang Aji sudah tidak di sini, tapi semua kebaikan dan doa-doanya masih bersama kami
Dan kelak, jika Allah menakdirkan saya untuk menikah dengan lelaki terbaik menurut pilihan-Nya, Insya Allah saya akan membawanya untuk ziarah ke kuburan Puang Aji untuk memperkenalkannya
Aamiin...