Minggu, 02 Juni 2013

Edisi Pantai Gondo Mayit Blitar Yang Menawan


Sabtu, 2 Maret 2013. “Minggu ini siapa yang mau liburan?” salah seorang teacherku yang di LOGICO, Mr. Faiz bertanya di sela-sela pelajaran listening.
“Liburan kemana Mister?” salah satu dari kami bertanya.
“Terserah kalian, nanti saya yang mewadahi”.
“Memangnya pilihannya ke mana saja Mister?”
“Bromo bisa, Gunung Kelud oke, ada pantai yang di Malang juga; it’s very exotic, tapi kalo musim hujan gini aku gak berani bawa kalian soalnya untuk sampe di pantai itu mesti hiking dan medannya agak ngeri kalo hujan. Tapi ada satu pantai yang di Blitar, namanya Gondo Mayit, agak seram yah namanya, tapi keren banget, apalagi kalo kita sekalian camping. Gimana?”
“Yang di Blitar aja Mister, baru denger soalnya”
“Oke, yang mau pergi siapa? Ntar dicatat dulu”.

Singkat cerita, terpilihlah orang-orang beruntung yang akan berangkat ke pantai itu. Aku, Fitri, Mbak Nova, Mr. Faiz, Bang Nafiq, Berto, dan Sukma (temanku, meski nda satu tempat kursus). Ikut juga Adin dan 4 temannya, tapi mereka nda nginap. Akhirnya, kami pun berangkat di hari Sabtu, weekend ini.

Setelah melalui perjalanan ± 2 jam, kami pun sampai. Dan benar saja, Mr. Faiz nda berlebihan, Saya langsung jatuh cinta dengan keeksotikan pantai ini, apalagi tempatnya juga nda rame, hanya ada 2 mobil selain kami. Hal pertama yang kami lakukan sudah dapat ditebak, foto-foto, haha. Tapi nda lama soalnya adzan Magrib sudah berkumandang. Kami pun shalat berjamaah, kecuali Mbak Nova dan Berto. Pantai ini benar-benar sepi, awalnya sih seram juga apalagi namanya itu lo, yang konon katanya berasal dari kuburan yang ada di salah satu batu karang yang ada di sana. Tapi, karena teman-teman pada seru dengan berbagai games dan kegiatan masak bareng yang dipandu sama Bang Nafiq, akhirnya kami bisa menikmati indahnya malam Minggu ini. Pokoknya malam itu kami habiskan dengan bersenang-senang dan share about anything, termasuk tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia yang semuanya keren. Serasa kami sudah kenal bertahun-tahun, akrab banget. Nda terasa, waktunya tidur dan bulu ini agak merinding setelah menyadari bahwa hanya kami bertujuh yang masih bertahan di pantai ini. Yang paling mengagetkan, kami akan tidur di pasir putih tanpa tenda, hanya beralaskan matras yang dibawa sama Mr. Faiz. Tapi, kelak pengalaman pertamaku inilah yang nda bakalan kulupakan seumur hidupku, benar-benar kembali ke alam.

Subuh pun menjelang ketika kami bangun. Setelah sholat, kami kembali menyusuri pantai yang serasa menjadi milik kami itu. Mencari karang, berenang, foto-foto (kegiatan wajib), dan sarapan pagi dengan roti bakar ala Bang Nafiq. Nanti saya bagi yah galeri foto-fotonya yang keren abis. Setelah puas, kami pun berkemas dan melanjutkan perjalanan ke pantai seberang, yang dipisahkan sama bukit. Kami pun hiking sedikit untuk sampai ke pantai itu. Dan ternyata, keadaannya sangat berbeda dengan tempat kami yang tadi. Di pantai yang ini justru sangat rame, dilengkapi kamar mandi pula dan disinilah kami membersihkan badan yang sudah berasa asin. Katanya Mr. Faiz memang yang di sini sudah jadi tujuan wisata, makanya lengkap. Sedangkan tempat kami yang tadi belum banyak yang tahu dan kami bersyukur untuk itu. Haha.

Setelah rapi, kami pun menyantap makan siang kami yang menunya itu nasi jagung, sayur santan dan ikan asap khas daerah sini. Semua menunya dipesan semalam. Tentang si nasi jagung, saya sempat salah paham. Kirain maksudnya nasi jagung itu, nasi yang berasal dari campuran beras dan jagung, kayak di daerahku. Ternyata, 100 % terdiri dari jagung yang sebelumnya sudah digiling dan dimasak jadi nasi (pengganti beras). Dan itu berasa aneh di mulutku. Mr. Faiz sih menyarankan buat beli nasi beras saja, tapi saya bilang nda usah, apalagi temanku bilang ini makanannya nenek moyang kita saat dijajah Belanda, hitung-hitung merasakan penderitaan mereka dulu. Untunglah sayur sama ikannya lezat abis, so spicy. Seleraku banget.

Selesai menyantap hidangan, kami pun ke mushola setempat buat sholat Dzuhur. Next, kami pulang membawa kenangan manis petualangan yang tak mungkin terlupakan. Eh, satu lagi. Sebenarnya kami mau mampir di makamnya Pak Soekarno, tapi karena hujan dan sudah terlanjur ketiduran di mobil,  nda jadi deh. Kami cuma liat dari luar saja. Maybe, next time insya Allah.

Nih nasi jagungnya
Gondo Mayit

Masak-masak

Hasil masakannya

Di subuh hari

Salah satu kekayaan pantai ini

Ini juga

Sunrise tuh

Ciiiiissssss

Take a picture

Renang yooo

Ombaknya serrruuu

Gaya dulu sebelum ke pantai sebelah

Di atas bukit
Nyeberang ke pantai sebelah



Ikan asap lauknya nasi jagung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL 11 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Sabtu, 31 Agustus 24: Sekitar pukul setengah 9 malam, Cawa tidur setelah meminum susu dari botol susunya. Tapi, sek...