Beberapa waktu yang lalu, aku menonton channel Youtube dari Mbak Analisa, itu loh psikolog lulusan terbaik UGM. Judulnya "Menganalisa Usia Galau Tujuan Hidup". Di situ, Mbak Ana mewawancarai Mbak Prita Ghozie yang merupakan CEO di ZAP Finance sebagai CFP profesional. Wah, aku exicted banget, melihat dua orang wanita hebat sedang berdiskusi. Dari dua latar belakang pendidikan yang berbeda, sesi ini diberi nama #SehatMentalSehatFinansial dan pembahasannya benar-benar di luar ekspektasi. Masya Allah sekali, ilmu yang dibagikan luar biasa.
Sekedar info, sebelum menonton ini, aku terlebih dahulu follow akun IG Mbak Prita biar lebih melek finansial. Aku menemukan akun beliau pun tanpa kesengajaan. Mungkin Allah mau menunjukkan bahwa sebelum menikah, ilmu tentang perencanaan keuangan itu sangat penting. Jangan sampai setelah menikah malah kembali ke 0, seperti yang dirasakan beberapa pasangan baru. Bisa jadi, hal itu terjadi karena mereka kurang mempersiapkan ilmu tersebut. Wallahu a'lam.
Kembali ke diskusinya Mbak Ana dan Mbak Prita, di bawah ini aku akan mengutip beberapa yang menurutku relate banget dengan diriku saat ini. Mbak Ana (A) dan Mbak Prita (P)
1. A: Di usia 25 th mbak lagi dalam keadaan apa?
P: aku saat itu sudah punya anak satu, belum pusing2 amat karena masih tinggal di rumah ortu
A: sama dong mbak, aku juga saat itu sudah ada 1 anak. Jadi mulai galaunya di usia berapa?
P: sama kita yah, hehhe tapi temen2 yg lain gak mesti kyk kita. Aku mulai galau di usia 28 th ketika ada kesadaran untuk tinggal di rumah sendiri. Saat itu aku gak sadar membandingkan penghasilan suamiku dengan keluarga lain sampai malahan pernah mengatakan kamu kerja di tengah laut gak apa2, yg penting uang kita cepat banyak. Dan aku gak sadar membandingkan hidupku dengan orang lain, makanya aku stress sendiri. Untungnya dia sabar dan selalu mengingatkan aku, hingga akhirnya di usia itu aku mendirikan ZAP Finance
A: wah, keren mb. Iya yah, yg jd permasalahan sebenarnya adalah ketika kita sudah membandingkan hidup kita dengan orang lain.
So, stop comparing your live with others. Tidak mungkin hidup kita berjalan di rel yang sama.
2. P: Eh iya tapi di usia 25 th gak harus sudah menikah dan punya anak yah. Kita punya jalan hidup masing2. Jangan sampai ada yang membandingkan.
A: iyap betul mb, mungkin di usia itu temen2 belum menikah, tapi sudah ada pencapaian lain. Apapun itu kuncinya bersyukur yah mb.
P: iya, mungkin saat itu kita belum dapat achievement A misalnya, tapi justru Allah memberikan achievement B. So, pandai2 bersyukur. Jadi checlist hidup yang kita buat adalah skala prioritas dan memastikan kita on track, bukan sebagai target
A: nah ini yang biasanya jadi stressor, ketika punya target dan belum tercapai di usia tertentu, akhirnya pencapaian2 lain lupa disyukuri
3. A: setelah P sukses di ZAP Finance kira2 usia 35 th, apakah ada lagi yang membuat mb stress?
P: nah ini yang harus diluruskan. Di usia berapapun dan dalam keadaan apapun masalah pasti muncul, namanya hidup yah tapi orang luar mungkin gak tau. Yang paling penting adalah pengelolaan problem. Usia 35 ketika secara finansial Alhamdulillah sudah settle, ujian selanjutnya adalah menyadarkan diri sendiri untuk lebih mengikat tali keintiman dengan anak. Tantangannya adalah bagaimana ketika mereka sudah mulai gede, mereka masih butuh ibunya. Jadi, kerja yah kerja, tapi gak membabi buta, jadi mereka tetap merasa kehadiran sosok ibu meskipun kita working mom. Katanya kan kita kerja buat mereka, untuk kebahagiaan mereka. Meski uang penting, kehadiran kita juga.
A: ini pelajaran buat aku pribadi juga bagaimana tetap menghadirkan diriku di tengah anak2 meskipun bergelar working mom
P: jadi buat kalian yang sekarang masih galau, aku juga pernah ada di posisi kalian. Terus berjuang, jangan lupa bersyukur atas segala pencapaian yang kalian sudah dapat. Karena sekeren apapun kita berencana, Allah jauh lebih tahu yang terbaik untuk kita. Kalau belum dikasih yang lagi diperjuangkan, pasti Allah kasih sesuatu dalam betuk lain, hanya kitanya yang terlalu fokus dengan keinginan kita.
*Nyesss di hati Mb Prita dan Mb Ana diskusinya.
Betul juga yah, kalau aku pribadi mungkin di usia 30 tahun ini belum dipertemukan dengan jodoh, tapi Allah memberikan berbagai nikmat lain yang orang lain belun tentu dapatkan.
Lanjut S1 dengan jurusan pilihan tanpa tekanan dari siapapun, rejeki Alhamdulillah selalu tercukupi, lanjut S2 di usia 24 tahun dengan full scholarship, dapat lingkungan kuliah dan kerja yang mendukung untuk hijrah ke arah yang lebih baik, di usia 29 tahun diberikan kesempatan untuk umroh, lalu lanjut Study Tour ke Malaysia Singapura tanpa biaya sedikitpun, memiliki adik dan ipar yang sangat perhatian terutama dalam keuangan. Tambahan lagi, sebelum menikah Allah memberikan kesempatan untuk belajar mengelola keuangan, mengelola emosi, stress dan memperkecil ekspektasi setelah menikah. Bukankah ini adalah bekal berharga sebelum melangkah ke jenjang pernikahan?
Beberapa nikmat di atas belum seberapa, termasuk nikmat sehat, kesempatan dan waktu luang yang Allah berikan di tengah pandemi ini.
Terima kasih Ya Allah, aku tahu rencanaku dan rencana-Mu akan bertemu di waktu yang tepat..