Sabtu, 01 Juni 2013

(Seandainya) Kecepatan Menularnya Hal Baik Sama dengan Kecepatan Menularnya Hal Buruk


Sebelum masuk ke pembahasan judul yang agak-agak abstrak ini, saya mau menjelaskan dulu alasan kenapa ada tanda kurung di kata “seandainya” (yang nda mau dengar minggir). Itu karena Allah nda suka dengan kata-kata semacam itu, kata pengandaian. Kesannya nda bersyukur banget gitu, tapi saya nda nemu kata yang lebih cocok, jadi pake itu saja dulu. Intinya, tanda kurung ini berfungsi untuk mewakili jiwa saya yang galau karenanya, hehehe.

Sudahlah, mari kita kembali ke pembahasan inti. Sebenarnya judul itu bersifat umum kok, nda memihak pada satu peristiwa. Tapi, kebetulan ada peristiwa yang tadi saya alami dan masih sangat mengganggu sampai sekarang, makanya ambil contoh yang itu saja yah. Nda apa-apa kan saya curhat di sini (nda apa-apa kan, nda apa-apa dong, nda apa-apa yah).

Peristiwanya adalah (tendendeng) menyeberang. Eittsss, tunggu dulu, bukan urusan jiwa saya yang takut menyeberang yang mau saya bagi di sini. Hal yang sebenarnya sudah lama terjadi, tapi baru kali ini amat sangat mengganggu. Kenapa? Karena kali ini saya menyeberang sendirian, dan butuh 15 menit lebih dikit untuk sampai dengan selamat. Saya persempit saja yah, nda apa-apa sebut merk yah, kalo misalnya dirugikan, berarti kita impas, haha.

Dan peristiwanya ini terjadi di pintu satu UNHAS, di Sabtu malam, pukul setengah 8. Saya baru pulang dari acara keluarga dan memang sengaja turun di pintu 1 dengan pertimbangan nyeberang jalannya (menuju kostku di PK IV) lebih aman. Kan ada lampu lalu lintasnya, jadi pas si merah menyala saya kan bisa menyeberangi jalan yang lebar itu. Hufffttthhh, satu jalur sudah saya lewati, Alhamdulillah. Tapi pas di jalur seberang (yang dari arah bawah), saya pun terhenti menghela napas dan menelan ludah, kendaraannya sangar-sangar, kayak takut banget terlambat Satnite tan dan sayalah korbannya. Nda apa-apalah, tunggu sampai lampunya menyala merah. Dan akhirnya saat itu tiba.

Betapa geramnya saya ketika mereka seolah-olah buta warna dan tetap santai melanjutkan perjalanan tanpa tahu ada seorang cewek manis lagi menunggu mereka berhenti sejenak. Ada sih beberapa kendaraan yang mau berhenti, tapi setelah melihat kendaraan di kiri dan kanannya yang tetap melaju, mereka pun akhirnya nda jadi berhenti. Itulah yang saya maksud hal buruk yang cepat menyebar. Hanya gara-gara melihat kendaraan lainnya nda berhenti, akhirnya mereka rela ikut-ikutan melanggar juga. (Seandainya) satu-dua dari yang nyaris berhenti itu tetap teguh, tegar, dan tegas mematuhi aturan tanpa memperdulikan mereka yang sudah terlanjur rusak, mungkin saja ada beberapa yang mengikuti. Unfortunately, seperti judul di atas, kecepatan menularnya hal baik masih jauh di bawah kecepatan menularnya hal buruk. Jadilah, kejahatan berjamaah dilakukan dengan sukses. Dan butuh seperempat jam menguatkan jiwa saya untuk menyeberang, yang pada dasarnya memang pacce’ dalam hal beginian. Masih banyak hal seperti ini di sekitar kita. Kesimpulannya mulai dari diri dulu deh, semoga perubahan baik kita dapat menular ke orang lain ke sekitar, Amiiinnnn Ya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL 18 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Masya Allah, Tabarakallah akhirnya sampai di usia anakku yang ke-18 bulan dan bisa menulis kembali jurnalnya di sin...