Sebelum masuk ke
pembahasan judul yang agak-agak abstrak ini, saya mau menjelaskan dulu alasan
kenapa ada tanda kurung di kata “seandainya” (yang nda mau dengar minggir). Itu
karena Allah nda suka dengan kata-kata semacam itu, kata pengandaian. Kesannya nda
bersyukur banget gitu, tapi saya nda nemu kata yang lebih cocok, jadi pake itu
saja dulu. Intinya, tanda kurung ini berfungsi untuk mewakili jiwa saya yang
galau karenanya, hehehe.
Sudahlah, mari kita
kembali ke pembahasan inti. Sebenarnya judul itu bersifat umum kok, nda memihak
pada satu peristiwa. Tapi, kebetulan ada peristiwa yang tadi saya alami dan
masih sangat mengganggu sampai sekarang, makanya ambil contoh yang itu saja
yah. Nda apa-apa kan saya curhat di sini (nda apa-apa kan, nda apa-apa dong, nda
apa-apa yah).
Peristiwanya adalah
(tendendeng) menyeberang. Eittsss, tunggu dulu, bukan urusan jiwa saya yang
takut menyeberang yang mau saya bagi di sini. Hal yang sebenarnya sudah lama
terjadi, tapi baru kali ini amat sangat mengganggu. Kenapa? Karena kali ini
saya menyeberang sendirian, dan butuh 15 menit lebih dikit untuk sampai dengan
selamat. Saya persempit saja yah, nda apa-apa sebut merk yah, kalo misalnya
dirugikan, berarti kita impas, haha.
Dan peristiwanya ini
terjadi di pintu satu UNHAS, di Sabtu malam, pukul setengah 8. Saya baru pulang
dari acara keluarga dan memang sengaja turun di pintu 1 dengan pertimbangan
nyeberang jalannya (menuju kostku di PK IV) lebih aman. Kan ada lampu lalu
lintasnya, jadi pas si merah menyala saya kan bisa menyeberangi jalan yang
lebar itu. Hufffttthhh, satu jalur sudah saya lewati, Alhamdulillah. Tapi pas
di jalur seberang (yang dari arah bawah), saya pun terhenti menghela napas dan
menelan ludah, kendaraannya sangar-sangar, kayak takut banget terlambat Satnite
tan dan sayalah korbannya. Nda apa-apalah, tunggu sampai lampunya menyala
merah. Dan akhirnya saat itu tiba.
Betapa geramnya saya
ketika mereka seolah-olah buta warna dan tetap santai melanjutkan perjalanan
tanpa tahu ada seorang cewek manis lagi menunggu mereka berhenti sejenak. Ada
sih beberapa kendaraan yang mau berhenti, tapi setelah melihat kendaraan di
kiri dan kanannya yang tetap melaju, mereka pun akhirnya nda jadi berhenti.
Itulah yang saya maksud hal buruk yang cepat menyebar. Hanya gara-gara melihat
kendaraan lainnya nda berhenti, akhirnya mereka rela ikut-ikutan melanggar
juga. (Seandainya) satu-dua dari yang nyaris berhenti itu tetap teguh, tegar,
dan tegas mematuhi aturan tanpa memperdulikan mereka yang sudah terlanjur
rusak, mungkin saja ada beberapa yang mengikuti. Unfortunately, seperti judul di atas, kecepatan menularnya hal baik
masih jauh di bawah kecepatan menularnya hal buruk. Jadilah, kejahatan
berjamaah dilakukan dengan sukses. Dan butuh seperempat jam menguatkan jiwa
saya untuk menyeberang, yang pada dasarnya memang pacce’ dalam hal beginian.
Masih banyak hal seperti ini di sekitar kita. Kesimpulannya mulai dari diri
dulu deh, semoga perubahan baik kita dapat menular ke orang lain ke sekitar,
Amiiinnnn Ya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar