Senin, 12 Januari 2015

JILBABKU IDENTITASKU

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S 33:59)

Betapa dijaga dan dihormatinya kaum wanita dalam Islam, segala perintah yang diturunkan semata-mata agar kita terlindungi dari fitnah dunia. Islam adalah agama preventif, bukankah mencegah memang lebih baik daripada megobati? Di Al-Quran jelas sekali bahwa jilbab itu wajib, bagi orang-orang mukmin. Sama dengan sholat, puasa, haji, zakat. Tapi mengapa masih banyak yang mengabaikan bahkan menganggapnya hanya hiasan? Hanya properti yang dikenakan jika sudah siap? Padahal itu identitas kita, itu perintah eksplisit dari Rabb kita.

Senada dengan keadaan tersebut, baru-baru ini kita dikejutkan dengan aturan jilbab untuk pegawai BUMN. Bagaimana tidak, jilbab yang seharusnya menutup seluruh tubuh, justru hanya dibolehkan sampai leher. Na’udzubillahi mindzalik. Bagi yang lebih mementingkan dunia, maka peraturan ini tidak masalah, toh tetap pakai jilbab. Tapi bagi saudara-saudara yang paham akan hakikat jilbab, maka aku yakin mereka punya pilihan yang lebih baik. Bagaimana mungkin perintah Allah dipertaruhkan dan dilanggar hanya untuk kepentingan dan nafsu duniawi segelintir orang? Yang herannya mereka juga beragama Islam, di negara yang mayoritas muslim pula. Benarlah kata seorang penceramah, di Indonesia Islam banyak secara struktural, tapi secara fungsional, seolah-olah ajaran itu asing bagi pemeluknya sendiri.
Apa yang salah dengan jilbab kami? Pernahkah jilbab kami mengganggu pekerjaan kami? Pernahkah jilbab kami merugikan orang lain? Apa yang salah dengan salah satu bentuk ketaatan kami pada Rabb yang menciptakan kami?

Ya Allah lindungi kami yang bercita-cita membangkitkan kembali zaman keemasan Islam dan menjadi bagian di dalamnya, beri kami kekuatan, sadarkan saudara sesama Muslim kami, tanpa ukhuwah, kita tak ada apa-apanya, ukhuwah yang dibangun oleh akidah. Aku rindu ya Allah di zaman Rasulullah, para khalifah, saat Islam dan Ilmu pengetahuan seiring sejalan, saat hampir semua negara berkiblat ke Islam. Dan aku tahu itu tak mudah, karena mengembalikannya berarti mengembalikan umat-Mu dekat dengan Al-Qur’an dan As-sunnah. Dua wasiat keselamatan dari Rasul-Mu. Tapi dengan kekuatan dari-Mu, tidak ada yang tidak mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL 11 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Sabtu, 31 Agustus 24: Sekitar pukul setengah 9 malam, Cawa tidur setelah meminum susu dari botol susunya. Tapi, sek...