Kalian pernah mengalami
hal yang kurang menyenangkan dalam hal “rebutan” ole-ole dari seseorang? Kalau
iya, kita sama. Beberapa waktu lalu, aku mengalaminya, tetapi baru tersadar
akan hikmahnya berkat kejadian kemarin. Kejadian kecil yang mungkin bagi
sebagian orang tidak penting atau tidak diperhitungkan sebagai bagian dari
salah satu pelajaran hidup.
Yup, kembali ke
ole-ole. Lupa tepatnya, tapi beberapa waktu di lab jurusan, salah satu dosen
kami masuk ruang diskusi lab tempat kami belajar bersama, meminta kami untuk
tinggal sampai sorean, katanya ada tamu dari salah satu universitas di Jepang
dan meminta kami menyambutnya. Kami (pastilah) nurut, dan melanjutkan diskusi.
Setelah menunggu, dosen kami datang kembali, tapi kali ini dengan beberapa
barang di tangannya. Beliau mengatakan, tamunya sudah pulang, buru-buru atau
ada keperluan lain apa yah, aku juga lupa tepatnya. Tapi, barang-barang yang
ada di tangan beliau yang terdiri dari pulpen dan map kemudian diletakkan di
meja, ole-ole dari Jepang buat kami. Seketika itu teman-teman “rebutan”
mengambil map, dan yang belakangan “cuma” dapat pulpen, termasuk aku. Teman
yang dapat map bahagia sekali, cantik memang mapnya kuakui, warna favoritku
lagi. Sempat menyesal juga kenapa tadi tidak ikut “rebutan”. Tapi yah,
Alhamdulillah itu kan rejeki.
Nah, Allah seolah ingin
memberikan jawaban kenapa aku dapatnya pulpen bukan map di UAS ku kemarin.
Sedang asyik-asyiknya mengerjakan soal ujian, pulpenku macet, padahal menurutku
pulpen itu baru aku pake, tintanya pun masih lebih dari setengah. Kuutak-atik
tempat pensilku, hanya ada pulpen warna di sana, tumben hari itu aku tidak
membawa pulpen cadangan. Aku berusaha mencoret-coret pulpenku, siapa tau macet
sementara saja, tapi setelah kuperiksa ternyata tintanya “menipu” kelihatannya
saja penuh tapi ternyata memang sudah habis. Seolah-olah penuh karena tinta
sisanya nempel di dinding pulpen. Dengan terpaksa, aku tanya teman yang duduk
di sebelahku, ternyata dia hanya memiliki 1 pulpen, teman yang di belakang pun
seperti itu, hanya pulpen warna cadangannya. Di tengah kegalauan itu, aku
teringat pulpen dari Jepang itu. Aku pun membuka kembali tempat pensilku dan
Alhamdulillah dapat. Akhirnya aku pun mengerjakan sisa soal yang ada.
Ternyata memang apa
yang diberikan Allah, itulah yang tepat untuk kita. Tidak perlu iri dengan
punya orang lain, karena belum tentu itu yang kita butuhkan. Bersyukur dan
sabar. Rumput tetangga lebih hijau, karena kita melihatnya dari jauh, dari
sudut pandang berbeda. Selimut tetangga lebih hangat, karena rumah kita sudah
cukup hangat. Kita tidak memerlukan selimut itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar