Senin, 12 Januari 2015

PULPEN DARI JEPANG

Kalian pernah mengalami hal yang kurang menyenangkan dalam hal “rebutan” ole-ole dari seseorang? Kalau iya, kita sama. Beberapa waktu lalu, aku mengalaminya, tetapi baru tersadar akan hikmahnya berkat kejadian kemarin. Kejadian kecil yang mungkin bagi sebagian orang tidak penting atau tidak diperhitungkan sebagai bagian dari salah satu pelajaran hidup.

Yup, kembali ke ole-ole. Lupa tepatnya, tapi beberapa waktu di lab jurusan, salah satu dosen kami masuk ruang diskusi lab tempat kami belajar bersama, meminta kami untuk tinggal sampai sorean, katanya ada tamu dari salah satu universitas di Jepang dan meminta kami menyambutnya. Kami (pastilah) nurut, dan melanjutkan diskusi. Setelah menunggu, dosen kami datang kembali, tapi kali ini dengan beberapa barang di tangannya. Beliau mengatakan, tamunya sudah pulang, buru-buru atau ada keperluan lain apa yah, aku juga lupa tepatnya. Tapi, barang-barang yang ada di tangan beliau yang terdiri dari pulpen dan map kemudian diletakkan di meja, ole-ole dari Jepang buat kami. Seketika itu teman-teman “rebutan” mengambil map, dan yang belakangan “cuma” dapat pulpen, termasuk aku. Teman yang dapat map bahagia sekali, cantik memang mapnya kuakui, warna favoritku lagi. Sempat menyesal juga kenapa tadi tidak ikut “rebutan”. Tapi yah, Alhamdulillah itu kan rejeki.

Nah, Allah seolah ingin memberikan jawaban kenapa aku dapatnya pulpen bukan map di UAS ku kemarin. Sedang asyik-asyiknya mengerjakan soal ujian, pulpenku macet, padahal menurutku pulpen itu baru aku pake, tintanya pun masih lebih dari setengah. Kuutak-atik tempat pensilku, hanya ada pulpen warna di sana, tumben hari itu aku tidak membawa pulpen cadangan. Aku berusaha mencoret-coret pulpenku, siapa tau macet sementara saja, tapi setelah kuperiksa ternyata tintanya “menipu” kelihatannya saja penuh tapi ternyata memang sudah habis. Seolah-olah penuh karena tinta sisanya nempel di dinding pulpen. Dengan terpaksa, aku tanya teman yang duduk di sebelahku, ternyata dia hanya memiliki 1 pulpen, teman yang di belakang pun seperti itu, hanya pulpen warna cadangannya. Di tengah kegalauan itu, aku teringat pulpen dari Jepang itu. Aku pun membuka kembali tempat pensilku dan Alhamdulillah dapat. Akhirnya aku pun mengerjakan sisa soal yang ada.

Ternyata memang apa yang diberikan Allah, itulah yang tepat untuk kita. Tidak perlu iri dengan punya orang lain, karena belum tentu itu yang kita butuhkan. Bersyukur dan sabar. Rumput tetangga lebih hijau, karena kita melihatnya dari jauh, dari sudut pandang berbeda. Selimut tetangga lebih hangat, karena rumah kita sudah cukup hangat. Kita tidak memerlukan selimut itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL 11 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Sabtu, 31 Agustus 24: Sekitar pukul setengah 9 malam, Cawa tidur setelah meminum susu dari botol susunya. Tapi, sek...