Sabtu, 22 Juni 2013

In Bandung


Bandung, 1 April 2013, pagi-pagi. . .
Aku tidak pernah berpikir aku akan “terdampar” di kota ini, yah Bandung. Kota yang begitu asing bagiku. Tapi, namanya sebuah cita-cita, sesuatu harus dikorbankan. Dan kali ini, yang harus kukorbankan adalah pisah sementara waktu dengan keluarga dan sahabat-sahabatku untuk mengarungi mimpi yang sudah kususun, insya Allah lanjut S2. Banyak yang mengatakan “you are so brave”, tapi menurutku ini adalah sebuah kenekatan. Kita harus keluar dulu dari zona nyaman yang selama ini kita yakini untuk mendapatkan zona yang lebih nyaman. Bukankah hidup terus berlanjut dan dunia tempat kita berpijak terus berputar, itu berarti tidak ada yang abadi di dunia ini, segalanya akan dan harus berubah. Maka untuk mengikuti perubahan itu, kita juga harus melangkah. Setidaknya itulah pemahamanku sekarang. Aku harus terus memperbaiki kualitas diri. Kata pepatah, segalanya tidak ada yang abadi di dunia ini, maka ketika dia datang nikmatilah dan ketika dia pergi lepaskanlah. Selalu ada celah untuk bersyukur atas kurnia-Nya. Allah sang Pemegang Hidup, yang cinta-Nya tak pernah putus untuk kita hamba-hamba-Nya. Aku yakin momen ini akan menjadi sebuah coretan kecil untuk “my unforgettable moment”.

Sebelum ke Bandung, aku di Pare Kediri dulu 2 bulan, ikut kursus bahasa Inggris untuk mempermantap TOEFL_syarat penting lanjut S2_. Di sana hidupku benar-benar indah. Mau ke mana-mana pake kendaraan pribadi (sepeda), jadi gak ada yang namanya BT. Teman-temanku juga sangat baik dan sepertinya kami sudah kenal lama. Makanannya sehat dan murah. Pokoknya, jempol deh buat Pare, one packaging is the best. Tapi, seperti yang kubilang tadi, segala sesuatu dinamis, gak statis. So, life must go on. Saat tiba untuk dinikmati, maka nikmatilah tapi sesuatu itu harus ditinggalkan suatu saat. Begitu pula dengan kenyamanan di Pare. Tujuan akhir harus tetap jadi prioritas. Meskipun keadaannya beda banget dengan di Bandung, hidup individual dan mahal, tapi aku yakin ada potongan yang juga akan memberi kisah tersendiri. Setiap sesuatu memiliki sisi positif yang layak diabadikan dan sisi negative yang harus diambil hikmahnya. Paling tidak kesendirianku ini aku gunakan untuk belajar dalam diam dan sunyi, termasuk muhasabah diri. Tidak boleh ada kata mengeluh di sini, karena ini adalah konsekuensi yang harus kuterima dari keputusanku. Allahumma yassir wa laa tu’assir, innallaha ma’ana, fainna ma’al usri yusra. . .

Bandung, 10 April 2013, Pukul 13.29. . .
Hari ini adalah H-2 dari tanggal tes TOEFL ku dan H-3 dari tes TPA. Deg-degan nya makin kerasa, apalagi kalo mengingat kemampuanku. Ya Allah, kenapa aku tambah pesimis gini. Apalagi sekarang, mendekati hari H, aku makin gak bisa tidur ngebayanginnya. Tapi tadi temanku mengatakan kalo rejeki itu gak akan ke mana, sudah ada yang atur. Bener juga sih. Insya Allah semuanya akan baik-baik saja, yang penting aku udah berusaha dan berdoa, “ Human proposes, God disposes”. Semangat karena Allah….

Jumat, 21 Juni 2013

Edisi Kota Batu Malang, Taman Kota Impian


Setelah menempuh perjalanan ± 4 jam dari Bromo, kami pun sampai di kota Malang, kota yang begitu bersih dan teratur. Kami mampir membeli ole-ole sekaligus sholat. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke alun-alun kota Batu Malang, sekalian sholat Magrib di mesjidnya. Tanpa menunggu aba-aba, kami pun turun berhamburan menuju taman kota Batu yang dari awal sudah menarik perhatian. Taman ini diresmikan pada tanggal 2-8 Mei 2011. Di pintu masuk, kami langsung disuguhi air mancur nan indah. Semakin ke dalam, semakin banyak yang bisa kita saksikan. Ada toilet yang dibangun menyerupai apel dan stroberi, bangunan sayuran kol, wortel dan lain-lain yang merupakan hasil pertanian dari kota Malang. Ada pula patung kelinci, sapi, dan berbagai binatang lainnya. Semuanya adalah ikon kota Malang. Selain itu, ada bianglala yang hanya dengan membayar Rp 3.000,00 kita sudah dapat menikmati kota Malang dari atas, tapi sayangnya si bianglala lagi nda beroperasi. Juga dilengkapi oleh miniature lalu-lintas yang bersebelahan dengan air mancur yang memiliki sensor sentuh, maybe. Pokoke keren banget. Nyesel kalo ke Malang trus nda mampir di sini.

Taman kota ini merupakan teladan yang bisa diambil contoh bagi kota-kota lain. Selain sebagai tujuan wisata, taman ini juga dapat berfungsi sebagai paru-paru kota dalam rangka go green. Hasil pertanian, peternakan dan segala yang khas dari kota Malang ditampilkan di taman kota yang menakjubkan ini. Jadi sekaligus dapat menjadi ajang promosi. Dan yang lebih menakjubkan adalah adanya peringatan yang terpampang jelas dan nyata di tengah-tengah taman tentang larangan merokok di alun-alun, keren banget. jadi selain mata yang dimanjakan, hidung juga terjaga dari polusi rokok. Next, see these pictures . . .

Air mancur selamat datang

Peringatannya keren

Salah satu patung hewannya

Apel, Malang banget

Si air mancur sensor sentuh

Kelinci galau

Apel dan Sroberi

View di malam hari

Plaza Batu Malang

Alun-alun kota Batu Malang

Wortel sehat

Taman kota impian

Tanaman apa yah?

Air mancur berbackground bianglala

Noh, mesjidnya di belakang





Sabtu, 15 Juni 2013

Dan Tak Lulus

Alhamdulillah sudah dapat pengumuman dari ITB dan hasilnya agak mengecewakan juga sih, saya tidak lulus, yah mau bagaimana lagi, mungkin jalan takdir dan rezeki ku belum di sana. Dari awal saat masuk kasus khusus, saya memang sudah siap menerima kemungkinan apapun, termasuk kemungkinan terburuk yaitu tidak lulus. Ya Allah, beri kekuatan untuk menghadapi ini, bukan tentang kekecewaanku, tapi lebih kepada kekecewaan mereka yang sangat berharap kelulusanku, mereka yang selalu mendukung dan menyayangiku. Yah, itu yang paling sakit, kalo saya sendiri sih Alhamdulillah sudah menerima dan yakin rencana Allah pasti indah, yang penting sabar, ikhtiar dan berdoa. Ternyata setelah mendengar pengumumanku, baik mama mau pun keluargaku yang lain Alhamdulillah juga mengerti keadaanku. Mereka tidak pernah menyalahkanku, meski kutahu pasti mereka juga kecewa banget. Ya Allah terima kasih atas anugerah keluarga yang begitu mencintaiku. Saya sering nyesek kalo membayangkan itu, bukan tentang kecewa nda masuk, tapi lebih kepada rasa terharu memiliki mereka semua, keikhlasan mereka, motivasi darinya, cinta yang tak pernah habis untukku. Bahkan mamaku, bidadariku, malaikatku, orang yang pertama mendukungku dan orang yang terakhir menyerah untukku saat menelfonku Selalu menyemangati dan caranya bicara lebih halus dari yang biasanya, betapa beliau menghargai semua usahaku, berusaha agar saya tidak putus Asa padahal saya sendiri sudah tidak apa-apa. Yah itulah mama, selalu menganggap kita masih anak kecil. Insya Allah tahun depan masih ada kesempatan. Izin kan saya membahagiakan mereka ya Allah dengan prestasiku di dunia dan akhirat. Menjadi anak, calon istri, dan calon Ibu yang termasuk dalam barisan penghuni syurgamu, dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk sesamaku. Aminnnnn...

Dan Ada kabar bahagia juga, Allah Maha Adil. Hari Senin insya Allah Ada tes untuk masuk ngajar di Sekolah Terpadu Islam Al-Ashri, tadi dapat sms, semoga keterima yah, semoga ini langkah awalku menuju pencapaian cita-citaku. Doakan yah semoga lulus... Aminnnn.

Minggu, 09 Juni 2013

Edisi Bromo, Surga yang Bocor


Sabtu, 9 Maret 2013. Ini jalan-jalan edisi kedua sekaligus terakhirku selama di Pare, soalnya bentar lagi ke Bandung. Awalnya sih nda mau ikut, tapi karena berbagai pertimbangan dan motivasi nda langsung dari teman, akhirnya goresan takdirku sudah ditentukan untuk ikut. Seperti liburan minggu lalu, yang urus keberangkatan juga adalah Mr. Faiz. Jadilah Sabtu malam yang lumayan dingin itu kami satu rombongan, satu mobil, satu tujuan, dan satu suara berangkat ke Bromo, salah satu tempat wisata yang sering jadi pilihan ketika ke Pare. Setelah semua peserta hadir, transaksi ini itu, maka mobil yang kami tumpangi pun siap melaju membelah malam menuju Bromo sekitar pukul 22.30 WIB. Tapi, ada satu hal yang membuat saya dan teman-teman kecewa, yaitu Mr. Faiz tidak turut serta bersama kami. Beliau ada acara keluarga keesokan harinya dan mewakilkan kami kepada seorang guide. Wiissssshhh, bagaimana di sana nanti, padahal kami belum terlalu kenal guide yang ini, siapa tahu nda semaksimal Mr. Faiz. Selain sang guide, turut pula teman-temannya yang merupakan kenalan baru bagi kami. Awalnya saya berpikir perjalanan ini akan menyenangkan dengan hadirnya teman baru, ternyata, , , Tapi sudahlah, yang mau saya ceritakan di sini adalah keindahan tempat-tempat yang kami kunjungi, masalah perasaan belakangan dah. Ok, here we go.

Sunrise di Gunung Pananjakan
Perjalanan ke Bromo begitu menakjubkan di malam hari. Jalanannya yang ekstrim menanjak memberikan pemandangan indah kota Malang dengan lampu-lampunya. Tapi sayang, mungkin karena masuk angin, perutku nda bisa diajak kompromi, sakit banget. Jadinya, saya cuma baring saja, sementara teman-teman sudah pada heboh ngajakin menyaksikan keindahan ciptaan-Nya tersebut. Tapi, sayang sekali perutku tetap saja masih sakit meski sudah dikasi minyak angin. Sesekali, saya tetap mencoba bangun dan ikut bersorak bersama mereka, tapi nda berlangsung lama. Sekitar pukul 3 lewat dikit, kami pun sampai di halte tempat mobil diparkir dan perjalanan ke atas digantikan oleh mobil pick up yang sudah disediakan. Terlihat masyarakat suku Tengger sudah mulai melakukan aktivitas kesehariannya. Setelah siap-siap, pake jaket 2 lapis, syal, kaos tangan, kacamata, kaos kaki, kupluk, dan membawa serta makanan ringan di tas, kami pun berangkat. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Gunung Penanjakan untuk menyaksikan sunrise. Rencananya mau sholat Subuh di sana. Jalanan yang semakin menanjak dan udara khas pegunungan, memberikan kesejukan tersendiri. Tapi itu nda berlangsung lama, setelah mobil hampir sampai di tempat parkirnya, asap kendaraan bermotor di sekitar kami pun mau tidak mau terhirup hidung. Akhirnya kami turun dan ternyata harus jalan kaki atau naik ojek untuk sampai. Kami pun memilih naik ojek karena akan sangat capek kalo memilih jalan kaki di tempat menanjak waktu Subuh seperti ini. Di puncak ternyata sudah banyak orang, dan untuk sampai di tempat strategis menyaksikan sunrise, kami pun berdesak-desakan. Indah banget, menyaksikannya di tempat tinggi seperti ini. Setelah puas foto-foto, kami pun ke mushola untuk sholat, kemudian dilanjutkan dengan foto-foto lagi, serasa di mana gitu, apalagi banyak bule bertebaran, kayak liburan di luar negeri gettooohhhhh. Haha

Kaldera atau Lautan Pasir
Bukit Teletubbies
Akhirnya, kami pun turun untuk menuju tempat berikutnya, yaitu bukit Teletubbies di selatan gunung Bromo. Dinamakan demikian karena di tempat itu ada beberapa bukit berjejer yang mirip dengan bukitnya Teletubbies. Sepanjang perjalanan ke sana kami disuguhi savana Bromo yang merupakan lautan pasir atau kaldera dan pasirnya seolah-olah berbisik. Pernah jadi salah satu film layar lebar dengan judul yang sama, Pasir Berbisik. Tau kan, yang dibintangi sama Dian Sastro. Keindahannya nda bisa diungkapkan deh, nanti yah galeri fotonya nyusul. Secara nda sengaja, saya ketemu sama seniorku di Unhas, kakak Geofisika. Ternyata dia juga liburan weekend di sini, dan baru sampai di Pare beberapa hari yang lalu. Kami juga memutuskan sarapan di sini, dan pilihan kami adalah mie instant yang harganya 2 kali lipat dari yang sebenarnya. Tapi nda papalah, namanya juga kelaparan. Setelah misi wajib dilaksanakan (foto-foto.red), kami pun melaju membelah padang pasir menuju tempat tujuan inti kami, yaitu Gunung Bromo, go go go. Awalnya sih saya nda mau ikut ke puncak, tapi karena ketularan semangat teman-teman, akhirnya saya menguatkan diri untuk mendaki di hari yang mataharinya sudah mulai naik ini. Benar-benar maksimal kalo di gunung, cuacanya ekstrim gila. Dinginnya nda ketulungan, panasnya juga nda tanggung-tanggung. Perjalanan mendaki puncak Bromo benar-benar pengalaman yang nda akan saya lupakan. Bagaimana tidak, jalur pendakiannya tidak seperti jalur pendakian gunung pada umumnya. Karena selain jalan kaki, ada kuda sebagai alternatif lain yang akan membawa ke tangga menuju puncak Bromo. Jadilah, manusia dan kuda jalan saling berdampingan. Untuk menuju ke atas pun jalurnya tidak mudah karena terdiri dari beberapa bukit kecil yang harus didaki, ditambah panas yang luar biasa. Ada sekitar 1,5 km jarak yang harus ditempuh untuk sampai di anak tangga pertama menuju puncak. Tapi, kami tetap teguh untuk naik puncak menggunakan kaki sendiri, tanpa bantuan kuda-kuda itu. Setelah beberapa kali rehat sejenak, kami akhirnya sampai di satu-satunya penghalang antara kami dan puncak yang akan menyuguhkan indahnya kawah Bromo, anak tangga yang jumlahnya 250 an. Kami sangat terharu atas pencapaian yang indah ini, wiiiissshhhh. Dada juga rasanya berdebar, seolah-olah mau ketemu pertama kali dengan calon mertua, hehe. Bercanda ding.
Tangga menuju kawah Bromo

Setelah melalui satu-satunya penghalang itu, kami pun sampai di puncak Bromo yang wahhhh, nda bisa diungkapkan dengan kata-kata, cukup surga yang bocor saja dah, istilahnya orang sini. Gunung Bromo sendiri terbentuk dari letusan Gunung Tengger. Gunung Bromo terakhir meletus tahun 2011. Kawahnya yang masih aktif tersebut memiliki diameter 800 m utara-selatan dan 600 timur-barat. Banyak banget turis baik asing maupun domestik yang kami temui. Semuanya memiliki tujuan yang sama, menyaksikan keindahan Bromo, kawah, dan sekitarnya. Ada juga loh, backpacker yang tergabung dalam komunitas muslim, cewek lagi, hebat kan.




Kawah Bromo


Setelah puas menikmati panorama alam yang begitu menakjubkan ini, kami pun turun menuju pick up yang terparkir di bawah. Tapi sebelumnya, saya dan 2 teman ke pura suci suku Tengger yang terletak di tengah-tengah padang pasir. Pura ini digunakan sebagai tempat dilaksanakannya Upacara Yatya Kasada atau Upacara Kasodo. Next, kami akan melaju mencari tempat makan siang, setelah itu ke Batu Malang. Meski tidak seluas Bromo, tempat ini tidak kalah cantiknya. Jika di Bromo disuguhi pemandangan alam yang masih alami, Batu Malang malah sebuah taman buatan yang keren abis.

Pura Suci Suku Tengger

Minggu, 02 Juni 2013

Edisi Pantai Gondo Mayit Blitar Yang Menawan


Sabtu, 2 Maret 2013. “Minggu ini siapa yang mau liburan?” salah seorang teacherku yang di LOGICO, Mr. Faiz bertanya di sela-sela pelajaran listening.
“Liburan kemana Mister?” salah satu dari kami bertanya.
“Terserah kalian, nanti saya yang mewadahi”.
“Memangnya pilihannya ke mana saja Mister?”
“Bromo bisa, Gunung Kelud oke, ada pantai yang di Malang juga; it’s very exotic, tapi kalo musim hujan gini aku gak berani bawa kalian soalnya untuk sampe di pantai itu mesti hiking dan medannya agak ngeri kalo hujan. Tapi ada satu pantai yang di Blitar, namanya Gondo Mayit, agak seram yah namanya, tapi keren banget, apalagi kalo kita sekalian camping. Gimana?”
“Yang di Blitar aja Mister, baru denger soalnya”
“Oke, yang mau pergi siapa? Ntar dicatat dulu”.

Singkat cerita, terpilihlah orang-orang beruntung yang akan berangkat ke pantai itu. Aku, Fitri, Mbak Nova, Mr. Faiz, Bang Nafiq, Berto, dan Sukma (temanku, meski nda satu tempat kursus). Ikut juga Adin dan 4 temannya, tapi mereka nda nginap. Akhirnya, kami pun berangkat di hari Sabtu, weekend ini.

Setelah melalui perjalanan ± 2 jam, kami pun sampai. Dan benar saja, Mr. Faiz nda berlebihan, Saya langsung jatuh cinta dengan keeksotikan pantai ini, apalagi tempatnya juga nda rame, hanya ada 2 mobil selain kami. Hal pertama yang kami lakukan sudah dapat ditebak, foto-foto, haha. Tapi nda lama soalnya adzan Magrib sudah berkumandang. Kami pun shalat berjamaah, kecuali Mbak Nova dan Berto. Pantai ini benar-benar sepi, awalnya sih seram juga apalagi namanya itu lo, yang konon katanya berasal dari kuburan yang ada di salah satu batu karang yang ada di sana. Tapi, karena teman-teman pada seru dengan berbagai games dan kegiatan masak bareng yang dipandu sama Bang Nafiq, akhirnya kami bisa menikmati indahnya malam Minggu ini. Pokoknya malam itu kami habiskan dengan bersenang-senang dan share about anything, termasuk tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia yang semuanya keren. Serasa kami sudah kenal bertahun-tahun, akrab banget. Nda terasa, waktunya tidur dan bulu ini agak merinding setelah menyadari bahwa hanya kami bertujuh yang masih bertahan di pantai ini. Yang paling mengagetkan, kami akan tidur di pasir putih tanpa tenda, hanya beralaskan matras yang dibawa sama Mr. Faiz. Tapi, kelak pengalaman pertamaku inilah yang nda bakalan kulupakan seumur hidupku, benar-benar kembali ke alam.

Subuh pun menjelang ketika kami bangun. Setelah sholat, kami kembali menyusuri pantai yang serasa menjadi milik kami itu. Mencari karang, berenang, foto-foto (kegiatan wajib), dan sarapan pagi dengan roti bakar ala Bang Nafiq. Nanti saya bagi yah galeri foto-fotonya yang keren abis. Setelah puas, kami pun berkemas dan melanjutkan perjalanan ke pantai seberang, yang dipisahkan sama bukit. Kami pun hiking sedikit untuk sampai ke pantai itu. Dan ternyata, keadaannya sangat berbeda dengan tempat kami yang tadi. Di pantai yang ini justru sangat rame, dilengkapi kamar mandi pula dan disinilah kami membersihkan badan yang sudah berasa asin. Katanya Mr. Faiz memang yang di sini sudah jadi tujuan wisata, makanya lengkap. Sedangkan tempat kami yang tadi belum banyak yang tahu dan kami bersyukur untuk itu. Haha.

Setelah rapi, kami pun menyantap makan siang kami yang menunya itu nasi jagung, sayur santan dan ikan asap khas daerah sini. Semua menunya dipesan semalam. Tentang si nasi jagung, saya sempat salah paham. Kirain maksudnya nasi jagung itu, nasi yang berasal dari campuran beras dan jagung, kayak di daerahku. Ternyata, 100 % terdiri dari jagung yang sebelumnya sudah digiling dan dimasak jadi nasi (pengganti beras). Dan itu berasa aneh di mulutku. Mr. Faiz sih menyarankan buat beli nasi beras saja, tapi saya bilang nda usah, apalagi temanku bilang ini makanannya nenek moyang kita saat dijajah Belanda, hitung-hitung merasakan penderitaan mereka dulu. Untunglah sayur sama ikannya lezat abis, so spicy. Seleraku banget.

Selesai menyantap hidangan, kami pun ke mushola setempat buat sholat Dzuhur. Next, kami pulang membawa kenangan manis petualangan yang tak mungkin terlupakan. Eh, satu lagi. Sebenarnya kami mau mampir di makamnya Pak Soekarno, tapi karena hujan dan sudah terlanjur ketiduran di mobil,  nda jadi deh. Kami cuma liat dari luar saja. Maybe, next time insya Allah.

Nih nasi jagungnya
Gondo Mayit

Masak-masak

Hasil masakannya

Di subuh hari

Salah satu kekayaan pantai ini

Ini juga

Sunrise tuh

Ciiiiissssss

Take a picture

Renang yooo

Ombaknya serrruuu

Gaya dulu sebelum ke pantai sebelah

Di atas bukit
Nyeberang ke pantai sebelah



Ikan asap lauknya nasi jagung

JURNAL 11 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Sabtu, 31 Agustus 24: Sekitar pukul setengah 9 malam, Cawa tidur setelah meminum susu dari botol susunya. Tapi, sek...