Minggu, 24 April 2016

WAHAI KETUA ORGANISASI, BAGAIMANA JIKA KAU MEMIMPIN SATU MANUSIA SAJA?

Beberapa waktu yang lalu, saya berbagi cerita dengan seorang teman, sebut saja Fulanah. Entah mengapa, pembicaraan kami terseret ke arah sensitif, lamaran. Jadi dia cerita, seorang petinggi di kampusnya dulu, sebut Fulan, menyatakan akan melakukan “silaturahmi kembali” dengannya setelah lama tidak bertemu, alias bertamu ke rumah Fulanah itu. Secara tersurat memang belum ada kata lamaran, hanya Fulan mengatakan bahwa dia mau mengenal Fulanah lebih dekat lagi, langsung di depan orang tuanya. Qadarallah, di hari-H ternyata bertabrakan dengan jadwal acara lain dari Fulanah, akhirnya dibuatlah kesepakatan mengenai waktu bertamunya Fulan, agar tidak ada acara yang dikorbankan. Tepat di waktu yang sudah disepakati, Fulan ternyata belum muncul. Hingga malam tiba, Fulan tetap tak kelihatan plus tanpa kabar apapun. Tentu saja ada pertanyaan besar dan kekecewaan dari Fulanah. Esoknya (kalau nda salah ingat), Fulanah mengirim BBM ke Fulan, menanyakan mengapa dia tidak datang, tapi jawaban apa yang didapatkan? Malah si Fulan menyalahkan Fulanah dan mengaku kecewa kepadanya. Lah, Fulanah jelas bingung, yang kecewa siapa, yang disalahkan siapa.

Dari sini, saya jadi berpikir, ternyata pengalaman seabrek di sebuah organisasi, bahkan memegang posisi tertinggi, tidak menjamin akhlaknya seperti apa. Wallahu’alam yang terjadi sebenarnya, tapi paling tidak kita bisa mengambil pelajaran berharga dari peristiwa ini. Bahwa memilih seseorang yang akan menemani kita menghabiskan usia tak bisa dengan hanya melihat secara fisik, misal prestasi dan pengalaman, meski bisa saja mendukung. Mungkin dia mampu memimpin banyak manusia dengan berbagai karakter, tetapi belum tentu mampu menangani seorang manusia yang berpredikat istri. Mungkin dia mampu mencetak prestasi di luar dan di dalam negeri, tapi menjadi sandaran bagi seorang istri dia tak mampu. Dan mungkin, dia bisa memberi banyak kalimat motivasi bagi yang lain, tapi menenangkan hati seorang istri tak sanggup dia lakukan. Saya tidak bermaksud menjudge perorang atau pergolongan, hanya saja sebagai bahan pertimbangan saja, termasuk saya yang masih silau dengan prestasi yang terlihat.


Di lain sisi, banyak juga pemimpin yang sukses di negara, sukses di keluarga, Rasulullah SAW. Sukses di prestasi, sukses memuliakan istri, BJ Habibie. Sukses sebagai motivator, sukses sebagai pelopor dalam rumah tangga, Mario Teguh. Kita hanya cukup meluruskan niat, memperbaiki diri, berdoa terutama, agar diberi kesiapan dalam memilih dan dipilih, hingga tak salah pilih, insya Allah. Dan Allah akan mempertemukan di perjalanan bagi orang-orang dengan tujuan yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL 11 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Sabtu, 31 Agustus 24: Sekitar pukul setengah 9 malam, Cawa tidur setelah meminum susu dari botol susunya. Tapi, sek...