Alhamdulillah
tadi pagi jam 8 waktu Jogja, saya sampai di bandara Adisucipto. Perjalanan
pesawat dari Balikpapan memakan waktu sekitar 1,45 jam. Meski lelah sehabis
perjalanan, saya sangat bahagia. Benar-benar perjalanan yang sangat mengasyikkan.
Keliling ke rumah sodara di Balikpapan, memberikan kesan dan berbagai pelajaran
berharga yang mungkin takkan kudapat jika tahun ini tidak lebaran Idul Adha di
sana. Allah memang selalu punya momen, cara, orang dan tempat untuk mentarbiyah
hamba-hamba-Nya. Iya, tahun ini saya putuskan untuk lebaran plus mengunjungi
keluarga di sana. Lumayan liburnya ada 6 hari (meski Jumat ada kuliah pengganti
sih, hehe jadinya bolos). Memang sengaja mudiknya bukan ke Bone, pertimbangan
waktu dan suasana, pengen merasakan suasana lebaran di kota lain, dan pas
sekali nenek di Balikpapan sudah sejak lama mengundang ke tempatnya.
Setiba
di bandara sana, Selasa petang, om (suaminya tante) langsung menjemput. Meski
awalnya cari-carian dulu, pada gak kenal muka soalnya. Malam itu nginap di
tempat nenek, ibunya tante. Esoknya, sehabis sholat Asar sudah dijemput sama om
lainnya buat buka puasa sekaligus nginap di tempatnya. Keren, buka puasanya
pake udang gueedeee, kolestrol dilupakan dulu sementara, hehe. Alhamdulillah keluarga
di sana pada baik-baik. Esoknya lebaran Idul Adha di tempat om. Setelah sholat
ied dan makan-makan, tante yang kemarin silaturahmi ke tempat om. Saat
rombongannya tante pulang, saya ikut. Kemudian, mampir di rumah tante lainnya
lagi. Benar-benar menyambangi hampir semua keluarga di sana.
Hari
Jumat sehabis sholat dzuhur, perjalanan dilanjutkan ke Tanjung, tempat sebelah,
mesti menyeberangi laut menggunakan klotok atau spead race. Dan alangkah bahagianya, ternyata pengalaman tak kalah
seru sudah menanti di sana. Rumah om terletak di pesisir pantai. Jadinya, pukul
6 pagi jalan-jalan ke pantai tersebut, serasa private island gitu, hehe. Yang ke sana cuma anak kecil yang angkut
air. Sudah pada bosan kali yah liat pantai, hhmmm. Katanya, pas lebaran Idul
Fitri pantai itu ramai pengunjung, hanya karena momennya Idul Adha,
pengunjungnya tak terlalu ramai. Itupun datangnya pas hari H saja. Habis main,
saya balik ke rumah dan ternyata sudah disediakan sarapan rawon sama tente.
Alhamdulillah. Plus kelapa muda beberapa menit kemudian terhidang di depan
televisi. Mantap benar.
Hari
Sabtu itu, kami menyeberang kembali menuju kota Balikpapan. Pasalnya, hari Ahad
pagi sudah harus balik Jogja. Subuh sebelum ke bandara, ada satu kalimat nenek
yang masih terekam dan selalu terngiang, semoga bukan untuk membanggakan diri. Beliau
bilang “Una kok sejak ada di sini gak pernah lepas jilbab, emang jilbab harus
dipakai terus? Sampai-sampai sudah gak pernah liat kepalamu lagi”. Nek, nek
rambut kali, bukan kepala, hehe. Saya cuma senyum sesimpul-simpulnya sambil
mengatakan “Yah, bisa dibuka sih nek, kalau mau”. Ha, sungguh jawaban polos, speechless soalnya. Semoga bisa
mengambil pelajaran dari berbagai rangkuman kejadian selama di Balikpapan,
bagiku dan bagi keluargaku yang di sana. Akhirnya, pukul 6 pagi, saya tiba di
bandara, diantar om yang jemput hari Selasa kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar