Minggu, 26 Januari 2020

Memeluk Doa

Dahulu ketika saya kecil, setiap ada permintaan, selalu doa yang menjadi senjata utama. Dalam setiap sujud dan tengadah tangan, sesederhana itu. 
Mulai dari hal ringan seperti meminta jadi juara kelas, pindah ke kelas unggulan, mama menjadi sahabat, mau liburan ke Makassar, dibelikan sepatu baru, hingga yang berat seperti masuk surga dan kesembuhan bapak. 

Dahulu, doa menjadi suatu rutinitasku, tempat curhatku selain diary tentunya. Setelahnya, akan ada rasa lega yang tak bisa kuungkapkan. Yah itu dahulu, saat masalah belum serumit orang dewasa, saat keyakinanku menggunung bahwa Allah mendengarku dan saat aku masih kecil. 

Mengapa justru saat dewasa, keragu-raguan berdoa kadang kualami. Galau tidak jelas, lebih mendengarkan ucapan manusia lain, lebih berharap ke makhluk-Nya dan kadang prasangka buruk ke Allah tak bisa kuhindari. Maafkan Ya Allah, maafkan jika selama ini saya sudah merasa "dewasa", saya sudah jarang memeluk doa, menjadikannya kekuatan. Maafkan Ya Allah, jika saat berdoa pun saya kadang ragu, kadang tak yakin, padahal Yang Maha Mengabulkan hanya Engkau. Yang lebih besar dari doa-doaku sudah Engkau berikan tanpa kuminta.

Kali ini izinkan doa-doaku terpusat pada satu permintaan dunia akhiratku. Mudahkan perjuangannya menghalalkanku, memintaku pada orang tuaku, lemah lembutkan hati orang tuanya untuk menerimaku, dan berkahilah semuanya. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Tahu yang terbaik untuk hamba-hamba-Mu.

Sesungguhnya hati ini telah ada pilihan. Semoga sesuai dengan pilihan-Mu. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL 11 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Sabtu, 31 Agustus 24: Sekitar pukul setengah 9 malam, Cawa tidur setelah meminum susu dari botol susunya. Tapi, sek...