Alhamdulillah memasuki hari ketiga di Makkah, kami akan melaksanakan ihram kedua. Kali ini kami miqat di Ji'ranah. Setelah sarapan dan mandi untuk melaksanakan ihram kembali, kami pun menuju bus bersama rombongan. Setelah shalat sunah 2 rakaat di masjid Ji'ranah, kami pun bersiap menuju ke Masjidil Haram kembali untuk melaksanakan tawaf. Di perjalanan, kami disuguhkan oleh pemandangan yang tak lazim di Indonesia. Tidak ada macet kendaraan, toko-toko di sepanjang jalan sunyi pengunjung, tak ada seorang pun perempuan yang lalu lalang. Konon, mereka biasanya berbelanja pada malam hari, perempuan menggunakan cadar didampingi oleh suami dan pembantunya. Penghormatan terhadap istri sangat diutamakan. Selain itu, saya pun heran menyaksikan rumah penduduk di sini. Tak ada atap segitiga seperti di Indonesia, yang ada hanya atap flat layaknya gedung tinggi. Awalnya, saya mengira itu hotel, ternyata beberapa di antaranya rumah penduduk. Kaya yah mereka, hehhehe...
Kami khusyuk mendengarkan ustadz pemandu menjelaskan tempat-tempat bersejarah di sepanjang perjalanan yang kami lalui. Salah satu yang menarik perhatian adalah Gua Tsur dan Gua Hira. Gua Tsur tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar ketika dikejar oleh pasukan kafir Quraisy, saat merek hijrah ke Madinah. Sedangkan Gua Hira adalah tempat Rasulullah menyendiri ketika khawatir dengan keadaan kaumnya yang semakin getol menyambah berhala. Di tempat ini pula Rasulullah untuk pertama kalinya menerima wahyu melalui Malaikat Jibril, yang ditandai dengan turunnya Surah Al-Alaq:1-5.
Gua Hira, tempat Rasulullah menerima wahyu pertama kali
Gua Tsur, tempat Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy
Setelah itu, kami pun menuju ke Masjidil Haram untuk tawaf dan sa'i, lalu tahallul. Berbeda dengan umroh pertama, kali ini kami selesai pada jam 3 sore.
Umroh ketiga kami laksanakan di H-1 sebelum meninggalkan Makkah. Kami miqat di Masjid Hudaibiyah. Ingat Hudaibiyah? Selain sebagai tempat, ada pula sejarah Perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah dan Kafir Quraisy. Di tahun ke-6 H, kaum muslimin yang ada di Madinah akan melaksanakan ibadah haji dan umroh yang dipimpin oleh Rasulullah. Mereka sudah sangat rindu dengan tanah kelahirannya. Tetapi, rombongan dihadang oleh Kafir Quraisy di lembah Hudaibiyah, dilarang melaksanakan haji dan umroh pada tahun itu. Padahal, kaum muslimin sudah melaksanakan shalat dan berihram. Untuk menghindari gencatan senjata, dibuatlah Perjanjian Hudaibiyah. Salah satu isinya adalah kaum muslimin hanya boleh tinggal 3 hari di Makkah dan tidak boleh menunaikan haji pada tahun itu, melainkan kembali pada tahun berikutnya.
Perjanjian ini sangat tidak disetujui oleh kaum muslimin karena mereka merasa sangat dirugikan. Mereka bahkan kecewa dengan keputusan Rasulullah saat itu. Tetapi, setahun kemudian dampak positif dari perjanjian ini mereka rasakan. Andaikan pada tahun tersebut mereka tetap pada pendirian untuk melaksanakan haji dan umroh, maka akan membahayakan kerabat mereka di Makkah yang diam-diam sudah memeluk Islam.
Sebelum miqat di Hudaibiyah, kami terlebih dahulu menuju ke tempat peternakan unta, Jabal Rahmah dan melintasi Padang Arafah. Ustadz juga memperlihatkan bukit yang akan digunakan untuk menyembelih Nabi Ismail ketika perintah turun ke ayahnya, Nabi Ibrahim. Karena keyakinannya, Allah kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba. Hal inilah yang menjadi asbabun nuzul dianjurkannya berkurban. Ada tempat melempar jumrah, ada pula kemah-kemah yang digunakan jama'ah haji pada saat akan wukuf di Arafah. Kemah ini digunakan setahun sekali ketika musim haji.
Ada Jabal Rahmah si simbol cinta. Tempat pertemuan Nabi Adam dan Hawa, tulang rusuknya. Cinta karena Allah, apapun halangan dan rintangannya, Insya Allah akan dipertemukan jua. Nah, perjalanan kami di Makkah berakhir di tempat ini, setelahnya kami istirahat di hotel atau ibadah di Masjidil Haram.
Ada beberapa pengalaman berharga yang merupakan hal-hal yang tidak semua orang alami di Makkah dan Madinah. Insya Allah akan saya rangkum dalam episode tulisan selanjutnya...
Umroh ketiga kami laksanakan di H-1 sebelum meninggalkan Makkah. Kami miqat di Masjid Hudaibiyah. Ingat Hudaibiyah? Selain sebagai tempat, ada pula sejarah Perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah dan Kafir Quraisy. Di tahun ke-6 H, kaum muslimin yang ada di Madinah akan melaksanakan ibadah haji dan umroh yang dipimpin oleh Rasulullah. Mereka sudah sangat rindu dengan tanah kelahirannya. Tetapi, rombongan dihadang oleh Kafir Quraisy di lembah Hudaibiyah, dilarang melaksanakan haji dan umroh pada tahun itu. Padahal, kaum muslimin sudah melaksanakan shalat dan berihram. Untuk menghindari gencatan senjata, dibuatlah Perjanjian Hudaibiyah. Salah satu isinya adalah kaum muslimin hanya boleh tinggal 3 hari di Makkah dan tidak boleh menunaikan haji pada tahun itu, melainkan kembali pada tahun berikutnya.
Perjanjian ini sangat tidak disetujui oleh kaum muslimin karena mereka merasa sangat dirugikan. Mereka bahkan kecewa dengan keputusan Rasulullah saat itu. Tetapi, setahun kemudian dampak positif dari perjanjian ini mereka rasakan. Andaikan pada tahun tersebut mereka tetap pada pendirian untuk melaksanakan haji dan umroh, maka akan membahayakan kerabat mereka di Makkah yang diam-diam sudah memeluk Islam.
Sebelum miqat di Hudaibiyah, kami terlebih dahulu menuju ke tempat peternakan unta, Jabal Rahmah dan melintasi Padang Arafah. Ustadz juga memperlihatkan bukit yang akan digunakan untuk menyembelih Nabi Ismail ketika perintah turun ke ayahnya, Nabi Ibrahim. Karena keyakinannya, Allah kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba. Hal inilah yang menjadi asbabun nuzul dianjurkannya berkurban. Ada tempat melempar jumrah, ada pula kemah-kemah yang digunakan jama'ah haji pada saat akan wukuf di Arafah. Kemah ini digunakan setahun sekali ketika musim haji.
Jabal Rahmah
Peternakan unta
Ada Jabal Rahmah si simbol cinta. Tempat pertemuan Nabi Adam dan Hawa, tulang rusuknya. Cinta karena Allah, apapun halangan dan rintangannya, Insya Allah akan dipertemukan jua. Nah, perjalanan kami di Makkah berakhir di tempat ini, setelahnya kami istirahat di hotel atau ibadah di Masjidil Haram.
Ada beberapa pengalaman berharga yang merupakan hal-hal yang tidak semua orang alami di Makkah dan Madinah. Insya Allah akan saya rangkum dalam episode tulisan selanjutnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar