Pasti banyak yang
bengkok pikirannya nih saat membaca judul postingan yang satu ini. Tapi, ini
bukan kesalahan sama sekali, bukan akibat dari typo atau kesalahan pada mata anda. Ini karena judulnya memang
seperti itu, dan maksudnya? Yah lanjut aja cin baca yah.
Gombal. Sebuah kata
yang sudah tidak asing di telinga kita, apalagi anak muda kayak anda-anda ini.
Sebuah kata yang menginterpretasikan kualitas seseorang. Emang iya? Menurutku
iya, makanya judul postingan ini ilmu gombal. Bukan berarti mesti belajar
gombal atau semua kalimat manis tak terbukti, tapi ini lebih kepada kemampuan
kita menempatkan kata ini di waktu dan tempat yang tepat. Kepada siapa? Untuk
siapa? Kapan? Dan seabrek pertanyaan lainnya yang bisa membuat satu kata ini
memiliki banyak arti.
Pertanyaan selanjutnya
dari mana saya mendapatkan inspirasi untuk membahas kata yang agak dihindari
anak muda yang pernah mengalami patah hati ini? Ceritanya tadi pagi, saat
asik-asiknya nonton TV, si Nana teman kost ku yang dulu nelepon dan curhat
tentang kehidupannya di Pare Kediri. Setelah membahas sana-sini masalah Bahasa
Inggris dan kursusnya di sana, pembicaraan pun beralih ke masalah anak muda
yang takkan habis dibahas di satu masa. CINTA. Sekedar info nih, Nana adalah
salah seorang pasien cinta yang kutangani saat patah hati dan berhasil (semoga)
membuatnya menafikan kata “pacaran” di hidupnya. Pasien yang sama-sama saling
menguatkan dengan dokternya, karena di saat yang hampir bersamaan, kami
mengalami hal yang sama.
Dia cerita tentang
seorang lelaki yang kini mendekatinya dan mengatakan bahwa tidak ada sedikitpun
getaran yang timbul dari seringnya pembicaraan mereka di telepon. Sebenarnya kasusku
saat ini lumayan sama dengannya, tapi aku tak curhat dahulu kepadanya. Selama
masih bisa kuatasi, insya Allah akan kuatasi sendiri. Back to main topic. Aku pun geli dibuatnya karena dia cerita
seolah-olah si lelaki ini amat sangat “bodoh” dalam mendekati wanita. Di sisi
lain, aku lega, ternyata apa yang sama-sama kami tanamkan ketika masih di
Makassar tumbuh sempurna, prinsip untuk tidak pacaran, insya Allah akan terus
terjaga sampai Allah menunjukkan takdirnya akan siapa sosok lelaki yang akan
menjadi pendamping kami masing-masing. Kata si Nana, lelaki itu tak punya ilmu
“gombal”. Ilmu yang mesti dimiliki oleh lelaki manapun untuk menaklukkan hati
wanita. Sederhananya aku menyebutnya “sense
of gombal” haha.
Maksud kami berdua
tentang “sense of gombal” bukan
berarti saat mendekati seorang wanita, seorang lelaki harus menggombal,
mengeluarkan semua kemampuannya dalam merangkai kata hingga menjadi puisi agar
si wanita terkesan. Bukan sama sekali. Maksud kami adalah kemampuan seorang
lelaki untuk menggunakan kemampuannya mendekati seorang wanita dengan cara yang
wanita suka. Dan itu butuh ilmu, bukan dengan terus memberi perhatian
berlebihan, komunikasi yang intens dan sebagainya. Bukan masalah kuantitas,
tapi kualitas. Seorang lelaki harus tahu kapan mesti memberi perhatian dan
kapan mesti menggunakan senjata “cool”
nya. Sayangnya, tidak semua mengetahui dan tidak mau tahu ilmu tersebut. Karena
itu, banyak wanita yang menyukai lelaki yang sama. Banyak wanita yang susah
meninggalkan seorang lelaki. Saat ditanya orang lain, mengapa saya susah move on? Karena hanya si “mantan” itu
yang memiliki ilmu tersebut, kalaupun ada orang lain yang memilikinya, mungkin
bukan orang-orang yang selama ini mendekati kita setelah putus, entahlah. Apalagi
jika seorang lelaki memaksakan kehendaknya padahal dia sudah tahu apa yang
diinginkan wanita ini, makin minuslah dia. Maka, sebelum mendekati seorang
wanita, pelajari caranya. Mendekati bukan berarti memaksanya langsung menyukai
kita juga kan. Mendekati bukan berarti membuat kita harus menghilangkan respect kita kan. Kuncinya satu, buat
dia penasaran. Caranya? Belajar dong. Katanya calon pemimpin rumah tangga. Ada
yang belum ngerti? Yah, masalah masing-masing sih soalnya hal ini sebenarnya
memang susah dijelaskan, apalagi bagi orang yang dari awal tidak sepaham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar