Pernah tidak merindukan
seseorang, begitu merindukannya sampai kadang terbawa mimpi bertemu? Pernah
tidak memutuskan untuk hanya menikmati rindu tanpa sedikitpun berniat
menyampaikannya ke si objek? Pernah tidak memikirkan wajah seseorang, tawanya, tingkahnya,
dan semua hal yang ada pada dirinya sampai tak terasa ada genangan air yang
menggenang di pelupuk mata? Pernah tidak menuangkannya dalam sebuah tulisan
mengenai kombinasi semua rasa itu? Jika pernah, kita sama sobat.
Sekarang aku lagi
merasakan semua kombinasi rasa itu dan menuangkannya lewat untaian kalimat ini.
Iya, aku merindukannya, lagi dan lagi. Tapi, tak ada ruang untuk
menyampaikannya dan memang, tak ada niat untuk mencari ruang itu. Aku percaya
janji Tuhanku, janji yang pasti akan ditepati-Nya, janji yang tertuang mutlak
dalam kitab-Nya, pun dititipkan melalui sabda Rasul-Nya, janji yang akan
menjadi hadiah indah bagi orang yang sabar dan percaya, janji yang akan datang
di waktu yang tepat. Karena tak ada hubungan halal, sebelum direstui oleh-Nya
melalui ikatan yang diikrarkan karena-Nya dan disahkan negara. Semoga
konsentrasi kita semata-mata untuk ibadah, penyempurna separuh agama, bukan
hanya seremonial dunia. Ibadah yang akan kekal hingga hari akhir-Nya. Masih
banyak hal yang mesti kita perbaiki, terus mendekatkan diri kepada-Nya.
Mempersiapkan banyak hal untuk ibadah terlama.
Terakhir, aku kutip
kirimanku di Radio Venus FM yang sempat dibacakan penyiarnya,
“Dear diary, aku tahu rindu ini belum saatnya, rasa ini belum waktunya.
Untuk itu, biarkan angin dan malam melalui lantunan doa yang menjadi saksi
ungkapan hati yang tak mungkin kukatakan sekarang. Aku hanya berharap kamu
selalu dalam lindungan-Nya. Aku tahu, aku hanya berhak merindukanmu tanpa kamu
berkewajiban membalasnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar