Senin, 31 Agustus 2015

BAGAIMANA DENGAN MEREKA?

Alhamdulillah bisa duduk manis sambil menulis di laptop ini. Seharian, setumpuk kegiatan menemani, dari pagi hingga bakda Magrib. Meski lelah menyapa, rasa syukur tak henti terucap pada Allah. Harapan terbesar adalah semoga kesibukan hari ini berbuah manfaat, berkah dan keridhoan-Nya, Aamiin. Betapa banyak hal yang perlu disyukuri, direnungkan dan dipikirkan. Bakda Ashar tadi, kami serombongan kecil HIMMPAS ke rumah sakit, menjenguk salah seorang pengurus. Beliau tipes dan harus diopname. Syukurlah, keadaannya sudah membaik, dia sudah bisa tertawa bersama kami. Betapa terasa nikmatnya sehat ketika ujian sakit melanda. Dan tak henti syukur terucap untuk kesehatan yang masih diberikan-Nya serta untaian doa yang terus mengalir, semoga saudara kami diberi kesembuhan, dosanya digugurkan dan diberi keikhlasan.

Jadwal padat kami hari ini dimulai dengan menuntut ilmu, liqo. Dilanjutkan dengan tasqif, salah satu rangkaian tarbawi juga. Sangat terasa betapa beruntungnya kami yang hanya duduk manis mendengarkan materi, tilawah dengan tenang, tanpa diselimuti rasa waswas jika ada bunyi peluru dan dentum granat. Bagaimana dengan keadaan saudara-saudara kami di negara Islam yang lain? Yang sedang menghadapi maut, hasil kebengisan manusia dzalim. Bagaimana cara mereka tetap menjaga hapalannya ketika suara teriakan berpadu bunyi peluru nyaris memekakkan telinga? Kekuatan seperti apa yang dipunyai mereka sehingga Al-Quran yang mulia benar-benar menjadi senjata utama, tak pernah takut mati bahkan mencari sendiri syahidnya?

Menilik ke zaman terbaik, ketika Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam memimpin pasukan di siang hari menghadapi kaum kuffar dan malamnya memimpin jamaah sholat. Sebesar apa cinta mereka pada-Nya hingga tak pernah ada kata lelah dan menyerah berjuang membela agama-Nya? Seikhlas apa hati mereka saat menembus payung pedang-pedang tanpa ada imbalan duniawi yang menanti? Bahkan mungkin mati yang akan terjadi. Ternyata, imbalan yang mereka tunggu hanya satu, imbalan surga dan ridho-Nya, imbalan terbaik dari segala yang ada di dunia. Dan sayangnya, keyakinan itu hanya dimiliki oleh mereka yang beriman dan memiliki tawakal luar biasa. Ya Allah, betapa malu kami menghela napas keluh ketika mengingat pengorbanan mereka di jalan-Mu. Betapa tak pantas kata lelah kami ucap, sementara Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata bahwa tak ada kata istrirahat berjuang, sebelum kaki ini menapak di surga-Mu kelak. Berikan ridho dan surga-Mu untuk mereka ya Allah, shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikutnya hingga akhir zaman kelak. Betapa sedikit yang telah disyukuri, betapa banyak yang mesti direnungi.

TENTANG AMANAH ITU (2)

Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Bahkan, salah satu hakikat taat kepada Allah untuk meraih jannah-Nya adalah menaati pemimpin dan tak heran di upacara bendera tiap Senin, selalu terselip doa untuk pemimpin kita saat sesi doa dibacakan, tetapi salah satu kaum yang tidak disapa oleh Allah di hari akhir kelak adalah para pemimpin durjana. Hal ini tercermin dalam sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Setiap kalian adalah pemimpin; dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang amir adalah pemimpin. Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suami dan anak-anaknya. Maka, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya”.

Bayangkan, pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, keadaan orang yang dipimpinnya, selama orang tersebut ada dalam naungan kepemimpinannya. Setidaknya gambaran yang ngeri-ngeri sedap itulah yang ada dalam benakku ketika malam itu diwhatsapp oleh salah seorang kader senior. Beliau awalnya menanyakan kegiatanku semester 2 apa saja, hingga perbincangan berlanjut ke pertanyaan inti dari beliau “Berdasarkan rapat dewan formatur, diputuskan bahwa Una diberi amanah untuk menjadi kabid Kemuslimahan HIMMPAS periode 2014/2015. Apakah anti bersedia?” *dikutip dengan pengubahan seperlunya. Tentu saja saya kaget dan berpikir keras mengenai keputusan yang tiba-tiba ini (menurutku saat itu). Pertama, saya belum pernah menjadi kabid di organisasi manapun, mentok-mentoknya sekbid. Kedua, berdasarkan keputusan awal, kadiv Kemuslimahan sudah terpilih. Ketiga, bidang Kemuslimahan baru periode ini launching, otomatis kinerja kami mempengaruhi pantas tidaknya bidang ini dipertahankan. And the last but not least, ngeri membayangkan jika kabid Kemuslimahan, pemimpin muslimah se-pascasarjana penampakannya kayak saya, dari segi ilmu yang minim dan penampilan (baca: busana syar’i) yang masih on process. Masih banyak muslimah lain yang lebih layak menurut saya. Tetapi, saya tidak punya alasan syar’i untuk menolak, apalagi setelah beliau menceritakan alasan digantinya kabid.

Menghadapi kegalauan itu, saya menghubungi seorang mentor yang akhirnya bersedia meluangkan waktunya untuk makan siang bersama, sambil membahas hal ini. Setelah menceritakan uneg-uneg dan membahas sana-sini, beliau hanya tersenyum dan menanggapi dengan tenang. Satu kalimat yang masih terngiang hingga sekarang dan menguatkan dikala futur menerpa yaitu “Jangan pernah meminta amanah, tetapi jika telah diberi, tak etis menolaknya, karena yang memilih kita bukan manusia, melainkan Allah.” Masih saya bantah dengan “Tapi mb, saya merasa belum pantas, masih banyak yang jauh lebih layak dibanding saya”. Kata beliau lagi “Allah tidak pernah salah memilih, maka jika mb Una merasa belum pantas, Allah yang akan memantaskannya, tentu saja dengan bantuan usaha mb Una sendiri. Memang amanah itu berat, tapi lebih berat lagi jika tak punya amanah”. Gimana hatiku tak luluh coba, kalimatnya begitu sejuk. Akhirnya, beliau memberikan beberapa wejangan mengenai hal-hal yang harus kulakukan dan yang akan kuhadapi saat memegang amanah ini. Modal besarnya, manajemen waktu dan emosi.

Kami yang tergabung di Kemuslimahan harus menyusun dari awal program kerja (proker) yang akan kami lakukan, meskipun sudah ada sedikit “contekan” sewaktu bidang ini masih menjadi sub-bidang di PPSDM. Banyak cerita lucu nan mengharukan di sana. Teman-teman bidang sangat bersemangat mengatur proker, hingga tak terasa proker kami sudah mewakili satu organisani. Akhirnya setelah direduksi dan direvisi berulang kali dengan bantuan teman-teman pengurus di raker HIMMPAS dan di rapat pengurus harian (PH), proker kami akhirnya fix. Dalam proses pelaksanaannya pun, banyak hal yang berubah meski secara content tetap dapat.

Hingga hari ini, tak terasa kepemimpinan yang awalnya begitu berat hampir mendekati titik akhirnya. Meski belum banyak hal yang bisa kuberikan untuk organisasi dan agamaku, paling tidak bertemu dengan orang-orang tangguh, hebat dan memiliki visi-misi dunia akhirat yang terstruktur, menularkan semangat dan ilmu yang luar biasa untukku. Berakhirnya kepengurusan ini pun hanya formalitas, agar tercipta kader-kader baru yang akan semakin menguatkan barisan, mempererat ukhuwah berasas aqidah dan membersamai dalam kebaikan. Dakwah sebenarnya justru baru bermula, ketika terjun langsung di tengah-tengah masyarakat, sambil terus belajar untuk mengajar, membaca untuk menulis, mendengar untuk menyampaikan. Semoga Allah memberikan keistiqomahan di jalan dakwah seterjal apapun jalannya dan di bumi manapun kita ditakdirkan bertempat. KARENA ALLAH TAK PERNAH SALAH MEMILIH

Jumat, 14 Agustus 2015

HIJRAH

Ketika membaca siroh Nabawiyah, maka akan kita temukan betapa susahnya yang dinamakan hijrah. Hijrah dari tanah kelahiran kita, tanah saksi tumbuh kembang kita, tanah handai taulan kita. Tapi toh, dengan iman yang tak diragukan lagi, para sahabat berani melakukannya, pindah ke tempat yang sebelumnya tidak ada bayangan seperti apa kelak keadaannya di sana. Apakah mampu bertahan hidup di tengah kultur yang tentunya berbeda, meninggalkan harta benda, penghasilan, saudara yang masih tetap keukeh dengan keyakinan lamanya. Melewati gurun yang luar biasa panasnya, dengan kendaraan berupa unta seadanya, perbekalan secukupnya dan perjalanan yang sangat jauh tentunya. Ya Allah betapa berat perjuangan mereka, perjuangan menegakkan syariatmu, maka pantaslah kiranya jika surga yang tak pernah terbersit di pikiran akan keindahannya, Engkau hadiahkan kepada mereka.

Hidup adalah perpindahan. Dan yang namanya pindah tidak pernah mudah. Apalagi jika kita terbiasa di zona nyaman. Hidup yang sudah terbiasa seperti itu, harus dengan serta-merta diubah dengan tujuan tertentu. Masa transisi inilah yang menyeleksi orang-orang yang tetap bertahan atau menyerah. Maka beruntunglah jika perjuangan, kelelahan dan pengorbanan kita menuju suatu tujuan yang mulia, mulia di mata-Nya. Lalu, hijrah seperti apa yang sedang atau akan kita hadapi di zaman sekarang? Salah satunya jilbab atau kerudung atau penutup kepala, tergantung yang populer di sekitar kita apa.
Menutup aurat adalah kewajiban setiap muslimah. Dalam Al-Quran pun sudah diatur bagaimana pakaian yang dimaksud, siapa-siapa saja yang bisa melihat aurat kita. Dan hukumnya jelas, WAJIB. Tapi, mengapa masih banyak yang belum menyadari itu? Ada yang menjadikan jilbab yang seyogyanya penutup perhiasan, justru menjadi perhiasan. Mungkin mereka belum paham, atau tahu tapi belum mau dengan berbagai pertimbangan. Adapula orang yang sudah berniat menutup aurat secara sempurna, tapi ditentang di mana-mana, bahkan dari keluarga yang seharusnya mendukung, dari saudara sesama muslimah yang seharusnya membantu.

Jika sudah seperti ini, apa yang mesti kita lakukan? Orang yang paling dekat dengan kita pun menentang niat hijrah ini, padahal kita tahu dan paham jika hal ini wajib. Orang yang selalu demokratis, selalu mendukung kita, kini berbalik jika menyangkut jilbab. Sedih? Pasti. Tapi, dengan keyakinan bahwa jika kita melakukan semuanya karena Allah, menolong agama-Nya, meyakini ke-Maha Besar-an-Nya, maka tidak ada yang tidak mungkin. Sahabat saja yang tantangannya jauh lebih berat dari kita, sanggup menahan pedihnya siksaan fisik dan non-fisik, masih tetap teguh di atas keyakinan itu. Tak goyah sedikit pun, bahkan iman dalam dada mereka semakin bergemuruh.

Memang tak mudah, tak pernah mudah untuk hijrah. Tapi, ada Allah. Sebesar apapun masalah kita, Allah lebih besar. Kita hanya butuh sabar yang lebih, kuat yang lebih dan akhlak yang lebih, sambil terus memohon agar hati-hati yang masih menolak, dibolak-balikkan oleh Allah, disirami cahaya hidayah. Akhlak yang indah, akan jauh lebih meyakinkan dibandingkan penjelasan-penjelasan. Mereka masih awam, mereka mungkin belum memahami, maka disinilah ladang dakwah itu. Inilah kesempatan kita menunjukkan bahwa betapa indah-Nya ukhuwah berbalut aqidah.

Dan salah satu alasanku melakukan ini adalah untuk kalian, mama bapak.

SCHOOL OF NANOTECH, WANAGAMA UGM

Alhamdulillah sudah nyampe kos. Weekend kali ini diisi dengan acara yang sangat bermanfaat, digagas oleh teman-teman kelompok riset S1, S2 dan S3 plus bapak-bapak pembimbing yang tergabung dalam grup riset nanomaterial. Acaranya bertajuk school of nanotech, diadakan di salah satu hutan lindung milik UGM yang dikelola langsung oleh Fakultas Kehutanan UGM. Tapi, nginapnya bukan di alam terbuka loh, ada penginapannya. Acaranya? Yah namanya grup riset yah, pasti tidak jauh-jauh dari yang namanya serah-terima materi yang berhubungan dengan kegiatan kami di laboratorium hingga menghasilkan sebuah karya yang bernama jurnal. Jika biasanya kami mengadakan kegiatan belajarnya di lab atau di kelas, kali ini kami back to nature, di hutan booo dengan  metode berbeda pula, dari penyampaian materi di aula hingga games yang sarat makna (ciaa ilaahh). Jadinya sekalian refreshing dan mengenalkan sisi lain UGM.

Sebenarnya, rundown acara sudah disusun sedemikian rupa, tetapi ada beberapa dosen pemateri yang berhalangan hadir, terjadilah perombakan. Outbound (lebih ke games sih menurutku) yang awalnya dijadwalkan hari ke-2, dimajukan ke hari 1. Akhirnya di hari ke-2, karena tak tahu mau diisi acara apalagi, jadilah acara dadakan ke air terjun yang ditempuh kurang lebih 1 km (ini baru outbound). Jalanan yang menanjak dan menurun serta jalan menuju air terjun yang lumayan terjal (menurutku) merupakan tantangan dan keseruan tersendiri yang tidak pernah kami bayangkan. Oh iya, sebelum ke air terjun, kami mampir sebentar di museum Cendana Wanagama. Museumnya kecil tapi bersih dan terawat. Dari sana kami mendapat informasi bahwa hutan tersebut awalnya tanah tandus mirip gurun, tetapi dengan usaha yang tak kenal menyerah, tanah tandus itu disulap menjadi hutan seperti sekarang ini.


Banyak pelajaran dan makna tersirat maupun tersurat yang saya pribadi dapatkan dari kegiatan ini, terutama motivasi. Sharing session dari mbak Devi (publikasi jurnal Internasional dan seminar Internasional di Praha, Ceko) dan Julia (penelitian skripsi di universitas Jepang saat S1 dan exchange student ke tempat yang sama saat S2) membuka mata saya bahwa kerja keras tanpa menyerah, siap menghadapi tantangan, dan motivasi adalah modal yang wajib kita miliki jika ingin berhasil, selain memanjatkan doa kepada Allah SWT. Apalagi, tantangan ke depan semakin beragam, reputasi kita bahkan dipertaruhkan dari berapa jurnal yang disitasi oleh orang lain, dan hal itu merupakan pertimbangan terpenting saat berkarir di manapun kelak.

LEBARANKU DI LIBURAN KALI INI

Halo sahabat? Bagaimana lebaran dan liburanmu? Alhamdulillah Allah masih memberi kita kesempatan menikmati momen puasa dan lebaran. Kali ini, full of my time atau tepatnya quality time buat keluarga benar-benar terlaksana. Hari lebaran sih gak kemana-mana. Pasalnya, kepala desa kami kembali ke Rahmatullah, semoga beliau khusnul khotimah, diampuni dosa-dosanya dan diterima segala amal ibadahnya, Aamiin. Seluruh keluarga plus warga desa kami berbondong-bondong ke rumah duka. Gak nyangka soalnya, beliau baru masuk rumah sakit selama 3 hari. Beberapa waktu terakhir sih emang masuk-keluar rumah sakit, ternyata takdir beliau dipanggil Yang Kuasa di momen lebaran. Beliau dikuburkan keesokan harinya.

Perjalanan kali ini kurasakan luar biasa, dimulai dengan undangan makan di rumah besan mama, ke bendungan makan ikan bakar sama keluarga besarnya bapak, nyekar sekaligus mengunjungi keluarga ibunya mama. Alhamdulillah hampir semua rumah keluarga disambangi. Meski yah gak bisa dipungkiri, berbagai manfaat dan mudharat mengiringi kumpul keluarga itu. semoga manfaatnya tetap lebih banyak yah.
“Ya Allah jaga keluarga kami dari dosa-dosa yang kami sadari maupun tidak, yang kecil maupun yang besar, yang tampak maupun yang tersembunyi. Berikan kami hidayah-Mu, mengikuti jalan-Mu dan istiqomah di jalan tersebut”

KARENA MUSLIMAH TAK SESEDERHANA PENAMPILANNYA

Disadari ataupun tidak, ketika kita memutuskan untuk menutup aurat, banyak hal yang mesti kita pertimbangkan. Selain pengetahuan di bidang keagamaan, dimensi kehidupan yang lain pun melahirkan tanggung jawabnya masing-masing. Muslimah adalah agen Islam, dengannya ajaran yang murni dan suci ini bisa diinterpretasikan oleh orang lain sesuai tindak-tanduknya. Meski kita sama-sama tahu bahwa tidak boleh menghubungkan antara jilbab dengan kedalaman pengetahuan agama, orang di luar sana tidak mau tahu tentang itu. Maka, lahirlah kalimat “Ih, pakai jilbab kok mulutnya sadis banget” atau “Katanya tahu agama, tapi joroknya minta ampun”.

Kita pasti tidak menginginkan kalimat di atas dialamatkan ke kita. Selain membawa nama baik diri dan keluarga, nama Islam yang seyogyanya sempurna dari sisi manapun ikut ternodai. Lalu, kita harus bagaimana? Apa serta-merta kita harus mengubah 360 derajat kebiasaan-kebiasaan kita sebelum menggunakan jilbab? Atau gak usah pakai jilbab saja? Toh hidup kita dulu baik-baik saja sebelum ini. Jangan saudaraku, jangan pernah menyerah. Menggunakan jilbab atau menutup aurat adalah kewajiban kita sebagai muslimah, tidak dapat ditawar oleh berbagai alasan dunia. Mestinya kita bersyukur, karena dengan begitu Allah memberikan kepercayaan lebih kepada kita untuk menyiarkan agama-Nya melalui jilbab yang kita kenakan. Menggunakan jilbab adalah langkah awal unjuk takwa kita kepada-Nya, yang dengannya akan melahirkan ketakwaan lain yang lebih besar. Jikalau kita sadar makna penting dan besarnya, maka setelah aurat sempurna tertutup, kita tidak akan menyerah sampai di situ. Kita akan berusaha belajar dan senantiasa berdoa agar diberi kemudahan memahami berbagai ilmu dan pengetahuan agama yang berguna untuk dunia dan akhirat kita, termasuk masalah penampilan. Karena muslimah yang akan menjadi teladan adalah yang cerdas dalam menjaga ruhiyah dan jasmaniyahnya, 2 dimensi kehidupan yang tidak bisa dipisahkan.


Dalam bukunya Salon Kepribadian, Asma Nadia mengungkap dengan jeli apa-apa saja yang harus dilakukan oleh muslimah mengenai perawatan diri dan tata krama sebagai seorang muslimah. Misalnya, agar rambut tak bau, rutinlah mencuci rambut dan gunakan jilbab ketika rambut tak basah. Contoh lain, lihat situasi dalam beribadah, jangan membaca Al-Quran keras-keras saat ada orang yang shalat di dekat kita, jangan biasakan menaruh kaos kaki di sembarang tempat dan hal lain yang dapat mengganggu kekhusyukan beribadah saudara kita. Maka benarlah, menutup aurat menunjukkan ketundukan kita kepada-Nya dan kesederhanaan di mata makhluk-Nya, tapi akibat yang ditimbulkan sungguh tak sederhana, karena ada berbagai dimensi kehidupan yang juga harus diubah.

FENOMENA UJIAN

Yogyakarta, 28 Oktober 2014
Assalamu alaikum, pagi sobat muda. Selamat merayakan dan meresapi hari di mana 86 tahun yang lalu pemuda seperti kita dengan berani berikrar untuk bangsa, ikrar yang kelak menjadi pemersatu, SUMPAH PEMUDA. Baiklah mengawali postingan kali ini, aku juga lagi berjuang ini, berjuang menaklukkan simbol, rumus, besaran, satuan, vektor, skalar, dot, cross dan sejenisnya yang kelak akan menjadi salah satu pendukung bangkitnya bangsa kita *halah. Itu tujuan jangka panjangnya, untuk sekarang tujuannya agar lembaran kertas jawaban UTS nanti terisi dengan benar, hehe. Ngomong-ngomong masalah UTS, pasti gak jauh-jauh dari instruksi dosen apakah ujiannya open book atau close book. Sebagian besar dari kita pasti memilih yang pertama, kenapa? Karena sebelum menyadari “mudharat” dari si open book itu, aku juga termasuk salah satu dari kalian huaaaaaa...
Kenapa? Bukankah open book justru membantu kita dalam ujian, apalagi pas dapat soal yang sepupuan sama yang pernah dikerjakan, itu mah bonus. Baiklah kita liat point by point:
1.        Open book membuat kita malas belajar, iya toh nanti saat ujian ada buku yang siap membantu. Bawa aja sekitar 3 dan carilah jawabannya di situ, salah satunya pasti ada yang nyangkut.
Tanggapan : iya kalo hapal halaman berapanya, kalo tidak, mesti ngubek-ngubek seluruh isi ketiga buku tersebut, apalagi kalo gak pernah dibuka sama sekali.
Kesimpulan : tidak efektif.
2.        Rata-rata dosen membuat soal yang lebih sulit jika pilihannya adalah open book, mereka juga menganggap hal yang sama dengan kita. Open book akan membantu pemecahan soal susah itu, dengan asumsi bahwa kita sudah tahu isi buku yang dimaksud. Padahal,,,
Tanggapan : dosen juga gak salah dalam hal ini, toh tujuan mereka agar kita terbantu. Terbantu lo yah, selebihnya usaha kita masing-masing. Sayangnya keidealan yang diharapkan mereka kadang tidak ada dalam diri kita.
Kesimpulan : di PHP sama soal, yang keliatannya akan mudah ternyata pemirsa, ekspektasi tak sesuai kenyataan.
3.        Saking sibuknya meng-open, kita lupa menganalisa soal yang ada. Meski misalnya ada tugas dahulu kala yang sama dengan soal ujian, tetap saja analisa penting. Copy paste akan berbahaya jika tidak hati-hati.
Tanggapan : percuma juga jawabannya ada, kalau soalnya analisa. Soalnya melenceng dikit, kita bingung. Apalagi kalau melencengnya banyak.
Kesimpulan : mengajarkan menghapal, bukan menganalisa.
4.        Sibuk mencari catatan teman yang lengkap dan memfotokopinya untuk bahan open book.
Tanggapan : baik sih, selama untuk dipelajari. Tapi kalau untuk dikumpulin aja dan gak dibuka-buka, hmmm. Rata-rata manusia juga gak bisa belajar dari catatan orang lain. Tambahan, pas ada catatan lain yang lebih lengkap, difotokopi juga.
Kesimpulan : boros di pengeluaran, mending nyatat sendiri kan.
Tapi, ada cara lain yang mungkin lebih bermanfaat saat ujian, yaitu open A4. Apa itu? Jadi dosen memberikan kesempatan kita untuk menuliskan beberapa hal entah rumus atau postulat dsb yang akan membantu saat ujian di kertas A4 bolak-balik. Hanya di tempat itu. tidak boleh lebih, tapi boleh kurang. Bagaimana kalau materinya banyak? Yah di situlah kemampuan merangkum kita diuji. Selain itu, paling tidak apa yang kita tulis sebelumnya sudah kita baca dan pelajari, insya Allah ada yang nyangkut. Si kertas tersebut sifatnya benar-benar hanya membantu. Lain cerita lo yah kalo yang catatan sekecil itu difotokopi juga dengan alasan malas nyatat. Waduh. Ini metode yang paling kusuka, dosenku juga ada yang menggunakannya.

Yah, apapun cara yang dilakukan saat ujian, itu tergantung dari pribadi, mau open book, open A4, bahkan close book sekalipun, kalau belajar dijadikan hobi dan aktivitas harian, semuanya insya Allah mudah (untuk yang ini, mohon doanya supaya saya juga bisa, hehe). Practice makes perfect. Selamat menempuh ritual tengah semester teman-teman, semoga dimudahkan dalam menjawab soal, dan hasilnya maksimal. Aamiin...

AGAR BERBUAH BAKTI PADAMU AYAH IBU

Setiap manusia punya keinginan, harapan, cita-cita yang hendak diwujudkannya, termasuk saya. Anak pertama perempuan di keluarga kecilku yang Alhamdulillah memiliki 1 adik lelaki. Sebagai anak pertama, saya sadar betul bahwa saya memiliki tanggung jawab lebih dibanding adikku, meski dia lelaki. Sayalah penentu berhasil tidaknya pendidikan orang tuaku kepada kami, termasuk dalam hal pencapaian cita-cita. Sekarang saya menempuh pendidikan S2 di UGM Jogja, masuk semester 3. Sebagai orang tua sekaligus guru, mereka bercita-cita agar kelak aku bisa melanjutkan perjuangan mereka mencerdaskan generasi bangsa di bangku kuliah alias menjadi dosen. Akupun sebenarnya bercita-cita seperti itu karena memang aku suka mengajar, aku suka berbagi ilmu. Tetapi, ada satu hal yang baru aku sadari dan pelajari mengenai perananku kelak, yaitu tanggung jawab dan kewajiban sebagai istri dan ibu. Mengenai bekerja? Itu mubah. Sebagai hamba yang ingin memperoleh ridho-Nya, tentu saja yang wajib harus didahulukan. Tidak masalah sebenarnya jika keduanya bisa dipenuhi sekaligus, yang menjadi persoalan jika kita harus memilih di antara keduanya karena alasan tertentu. Jika ingin ditelisik secara mendalam, sedikit sekali yang bisa memaksimalkan 24 jam waktunya untuk menyelesaikan kedua pekerjaan itu. Hal inilah yang melatarbelakangi berbagai kajian yang muncul dengan bahasan seputar “Wanita Karier atau Ibu Rumah Tangga?”
Memang sulit jika kita dihadapkan pada pertanyaan semacam itu. Apalagi jika keadaan ekonomi memang menuntut kita untuk membantu suami atau jika kita memiliki cita-cita sendiri yang seiring dengan harapan orang tua, seperti yang kualami. Meski belum menikah, hal itu harus kupikirkan dan kupertimbangkan dari sekarang, agar saat Allah mempertemukanku dengan suami kelak, saya sudah punya jawaban beserta alasannya. Meski terus terang saya ingin menjadi ibu rumah tangga yang mengurus suami dan menemani anak di masa tumbuh kembangnya, saya juga sadar bahwa harapan orang tua tidak boleh saya musnahkan begitu saja. Menjadi ibu dan istri, menjaga harta suami dan mendidik anak-anak sangatlah mulia, bahkan jika kita ikhlas karena Allah, Dia menjaminkan surga untuk kita karena bakti itu dihitung jihad. Begitupula dengan berbakti kepada kedua orang tua merupakan suatu kewajiban dan durhakanya kita merupakan dosa besar tingkat 2 setelah syirik. Lalu bagaimana?
Untuk hal ini, saya masih terus belajar. Lagian, hal ini nanti juga butuh dikomunikasikan dengan suami. Tetapi untuk saat ini, di tengah ilmu yang masih sedikit, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa cita-cita untuk menjadi dosen bukan hanya harapan orang tua semata, saya pun menginginkannya dan berbagi ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amal jariah, maka untuk mencapai hal ini saya harus fokus dengan tujuan dan apa yang saya kerjakan sekarang harus maksimal. Dan saya selalu yakin, doa orang tua yang mengiringi perjalananku, insya Allah melancarkan semuanya. Toh, jika Allah menakdirkan saya sebagai ibu rumah tangga, yang merupakan hal yang tak bisa ditawar, ilmu itu juga akan berguna untuk anak-anak kelak sekaligus terlatih dalam menemukan solusi jika ada masalah antara saya dan suami. Karena menjadi ibu rumah tangga juga memiliki kompleksitasnya sendiri sehingga ilmunya pun harus mencakup banyak dimensi. Intinya, belajar dan terus belajar.

Dan lagi, saya punya hutang kepada negara kita. Negara yang telah membiayai pendidikanku ini. Baktiku kepadanya tidak boleh kulupakan pula. Semoga Allah memberi kekuatan dan kemampuan untuk menunjukkan baktiku kepada kalian tanpa mengorbankan syariat-Nya.

JURNAL 11 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Sabtu, 31 Agustus 24: Sekitar pukul setengah 9 malam, Cawa tidur setelah meminum susu dari botol susunya. Tapi, sek...