Senin, 31 Agustus 2015

TENTANG AMANAH ITU (2)

Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Bahkan, salah satu hakikat taat kepada Allah untuk meraih jannah-Nya adalah menaati pemimpin dan tak heran di upacara bendera tiap Senin, selalu terselip doa untuk pemimpin kita saat sesi doa dibacakan, tetapi salah satu kaum yang tidak disapa oleh Allah di hari akhir kelak adalah para pemimpin durjana. Hal ini tercermin dalam sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Setiap kalian adalah pemimpin; dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang amir adalah pemimpin. Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suami dan anak-anaknya. Maka, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya”.

Bayangkan, pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, keadaan orang yang dipimpinnya, selama orang tersebut ada dalam naungan kepemimpinannya. Setidaknya gambaran yang ngeri-ngeri sedap itulah yang ada dalam benakku ketika malam itu diwhatsapp oleh salah seorang kader senior. Beliau awalnya menanyakan kegiatanku semester 2 apa saja, hingga perbincangan berlanjut ke pertanyaan inti dari beliau “Berdasarkan rapat dewan formatur, diputuskan bahwa Una diberi amanah untuk menjadi kabid Kemuslimahan HIMMPAS periode 2014/2015. Apakah anti bersedia?” *dikutip dengan pengubahan seperlunya. Tentu saja saya kaget dan berpikir keras mengenai keputusan yang tiba-tiba ini (menurutku saat itu). Pertama, saya belum pernah menjadi kabid di organisasi manapun, mentok-mentoknya sekbid. Kedua, berdasarkan keputusan awal, kadiv Kemuslimahan sudah terpilih. Ketiga, bidang Kemuslimahan baru periode ini launching, otomatis kinerja kami mempengaruhi pantas tidaknya bidang ini dipertahankan. And the last but not least, ngeri membayangkan jika kabid Kemuslimahan, pemimpin muslimah se-pascasarjana penampakannya kayak saya, dari segi ilmu yang minim dan penampilan (baca: busana syar’i) yang masih on process. Masih banyak muslimah lain yang lebih layak menurut saya. Tetapi, saya tidak punya alasan syar’i untuk menolak, apalagi setelah beliau menceritakan alasan digantinya kabid.

Menghadapi kegalauan itu, saya menghubungi seorang mentor yang akhirnya bersedia meluangkan waktunya untuk makan siang bersama, sambil membahas hal ini. Setelah menceritakan uneg-uneg dan membahas sana-sini, beliau hanya tersenyum dan menanggapi dengan tenang. Satu kalimat yang masih terngiang hingga sekarang dan menguatkan dikala futur menerpa yaitu “Jangan pernah meminta amanah, tetapi jika telah diberi, tak etis menolaknya, karena yang memilih kita bukan manusia, melainkan Allah.” Masih saya bantah dengan “Tapi mb, saya merasa belum pantas, masih banyak yang jauh lebih layak dibanding saya”. Kata beliau lagi “Allah tidak pernah salah memilih, maka jika mb Una merasa belum pantas, Allah yang akan memantaskannya, tentu saja dengan bantuan usaha mb Una sendiri. Memang amanah itu berat, tapi lebih berat lagi jika tak punya amanah”. Gimana hatiku tak luluh coba, kalimatnya begitu sejuk. Akhirnya, beliau memberikan beberapa wejangan mengenai hal-hal yang harus kulakukan dan yang akan kuhadapi saat memegang amanah ini. Modal besarnya, manajemen waktu dan emosi.

Kami yang tergabung di Kemuslimahan harus menyusun dari awal program kerja (proker) yang akan kami lakukan, meskipun sudah ada sedikit “contekan” sewaktu bidang ini masih menjadi sub-bidang di PPSDM. Banyak cerita lucu nan mengharukan di sana. Teman-teman bidang sangat bersemangat mengatur proker, hingga tak terasa proker kami sudah mewakili satu organisani. Akhirnya setelah direduksi dan direvisi berulang kali dengan bantuan teman-teman pengurus di raker HIMMPAS dan di rapat pengurus harian (PH), proker kami akhirnya fix. Dalam proses pelaksanaannya pun, banyak hal yang berubah meski secara content tetap dapat.

Hingga hari ini, tak terasa kepemimpinan yang awalnya begitu berat hampir mendekati titik akhirnya. Meski belum banyak hal yang bisa kuberikan untuk organisasi dan agamaku, paling tidak bertemu dengan orang-orang tangguh, hebat dan memiliki visi-misi dunia akhirat yang terstruktur, menularkan semangat dan ilmu yang luar biasa untukku. Berakhirnya kepengurusan ini pun hanya formalitas, agar tercipta kader-kader baru yang akan semakin menguatkan barisan, mempererat ukhuwah berasas aqidah dan membersamai dalam kebaikan. Dakwah sebenarnya justru baru bermula, ketika terjun langsung di tengah-tengah masyarakat, sambil terus belajar untuk mengajar, membaca untuk menulis, mendengar untuk menyampaikan. Semoga Allah memberikan keistiqomahan di jalan dakwah seterjal apapun jalannya dan di bumi manapun kita ditakdirkan bertempat. KARENA ALLAH TAK PERNAH SALAH MEMILIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RAWAT INAP

Bismillahirrahmanirrahim Di postingan sebelumnya, saya mencerikatan bagaimana Cawa muntaber dan asal mulanya lalu ke DSA dan diresepkan obat...