Jumat, 14 Agustus 2015

FENOMENA UJIAN

Yogyakarta, 28 Oktober 2014
Assalamu alaikum, pagi sobat muda. Selamat merayakan dan meresapi hari di mana 86 tahun yang lalu pemuda seperti kita dengan berani berikrar untuk bangsa, ikrar yang kelak menjadi pemersatu, SUMPAH PEMUDA. Baiklah mengawali postingan kali ini, aku juga lagi berjuang ini, berjuang menaklukkan simbol, rumus, besaran, satuan, vektor, skalar, dot, cross dan sejenisnya yang kelak akan menjadi salah satu pendukung bangkitnya bangsa kita *halah. Itu tujuan jangka panjangnya, untuk sekarang tujuannya agar lembaran kertas jawaban UTS nanti terisi dengan benar, hehe. Ngomong-ngomong masalah UTS, pasti gak jauh-jauh dari instruksi dosen apakah ujiannya open book atau close book. Sebagian besar dari kita pasti memilih yang pertama, kenapa? Karena sebelum menyadari “mudharat” dari si open book itu, aku juga termasuk salah satu dari kalian huaaaaaa...
Kenapa? Bukankah open book justru membantu kita dalam ujian, apalagi pas dapat soal yang sepupuan sama yang pernah dikerjakan, itu mah bonus. Baiklah kita liat point by point:
1.        Open book membuat kita malas belajar, iya toh nanti saat ujian ada buku yang siap membantu. Bawa aja sekitar 3 dan carilah jawabannya di situ, salah satunya pasti ada yang nyangkut.
Tanggapan : iya kalo hapal halaman berapanya, kalo tidak, mesti ngubek-ngubek seluruh isi ketiga buku tersebut, apalagi kalo gak pernah dibuka sama sekali.
Kesimpulan : tidak efektif.
2.        Rata-rata dosen membuat soal yang lebih sulit jika pilihannya adalah open book, mereka juga menganggap hal yang sama dengan kita. Open book akan membantu pemecahan soal susah itu, dengan asumsi bahwa kita sudah tahu isi buku yang dimaksud. Padahal,,,
Tanggapan : dosen juga gak salah dalam hal ini, toh tujuan mereka agar kita terbantu. Terbantu lo yah, selebihnya usaha kita masing-masing. Sayangnya keidealan yang diharapkan mereka kadang tidak ada dalam diri kita.
Kesimpulan : di PHP sama soal, yang keliatannya akan mudah ternyata pemirsa, ekspektasi tak sesuai kenyataan.
3.        Saking sibuknya meng-open, kita lupa menganalisa soal yang ada. Meski misalnya ada tugas dahulu kala yang sama dengan soal ujian, tetap saja analisa penting. Copy paste akan berbahaya jika tidak hati-hati.
Tanggapan : percuma juga jawabannya ada, kalau soalnya analisa. Soalnya melenceng dikit, kita bingung. Apalagi kalau melencengnya banyak.
Kesimpulan : mengajarkan menghapal, bukan menganalisa.
4.        Sibuk mencari catatan teman yang lengkap dan memfotokopinya untuk bahan open book.
Tanggapan : baik sih, selama untuk dipelajari. Tapi kalau untuk dikumpulin aja dan gak dibuka-buka, hmmm. Rata-rata manusia juga gak bisa belajar dari catatan orang lain. Tambahan, pas ada catatan lain yang lebih lengkap, difotokopi juga.
Kesimpulan : boros di pengeluaran, mending nyatat sendiri kan.
Tapi, ada cara lain yang mungkin lebih bermanfaat saat ujian, yaitu open A4. Apa itu? Jadi dosen memberikan kesempatan kita untuk menuliskan beberapa hal entah rumus atau postulat dsb yang akan membantu saat ujian di kertas A4 bolak-balik. Hanya di tempat itu. tidak boleh lebih, tapi boleh kurang. Bagaimana kalau materinya banyak? Yah di situlah kemampuan merangkum kita diuji. Selain itu, paling tidak apa yang kita tulis sebelumnya sudah kita baca dan pelajari, insya Allah ada yang nyangkut. Si kertas tersebut sifatnya benar-benar hanya membantu. Lain cerita lo yah kalo yang catatan sekecil itu difotokopi juga dengan alasan malas nyatat. Waduh. Ini metode yang paling kusuka, dosenku juga ada yang menggunakannya.

Yah, apapun cara yang dilakukan saat ujian, itu tergantung dari pribadi, mau open book, open A4, bahkan close book sekalipun, kalau belajar dijadikan hobi dan aktivitas harian, semuanya insya Allah mudah (untuk yang ini, mohon doanya supaya saya juga bisa, hehe). Practice makes perfect. Selamat menempuh ritual tengah semester teman-teman, semoga dimudahkan dalam menjawab soal, dan hasilnya maksimal. Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RAWAT INAP

Bismillahirrahmanirrahim Di postingan sebelumnya, saya mencerikatan bagaimana Cawa muntaber dan asal mulanya lalu ke DSA dan diresepkan obat...