Galau, Galau, Galau. .
.
Jangan ganggu ya, lagi
galau nih.
Aku galau mamah, papah,
tolong aku.
Kalo esok lusa aku gak
ada lagi di dunia ini, tolong sampaikan ke orang yang bikin aku bunuh diri
gara-gara galau, aku sayang dia, aku lakukan ini karena aku ingin liat dia
bahagia, jangan khawatir, aku masih bisa datang di mimpinya (yang ini kayaknya
kelewat galau atau gila).
Yapp, guys banyak
sekali ekspresi galau yang belakangan rajin mampir di telinga kita. Mulai dari
yang masih bisa dimaafkan hingga yang sudah melewati ambang batas pendengaran
manusia (ultrasonic kaliii). Tapi apapun itu, kalo yang namanya galau mulai
mendekat dan menggerogoti hidup kita, mestinya kita bangga. Kenapa?? Mulai dari
penulis macam bang Raditya Dika sampe motivator terkenal kayak Mario Teguh,
menghalalkan yang namanya galau. Katanya, galau justru menandakan kita akan
naik tingkat 1 semester, eh maksudnya 1 step menuju kedewasaan, yah begitulah
kira-kira maksudnya. Belum ngerti? Okelah, kita gunakan dulu sejenak otak kiri
untuk berpikir. Bayangkan ketika kita masih bayi, belum bisa ngomong, cuma bisa
menangis untuk mengungkapkan isi hati dan apa yang akan terjadi. Misalnya nih,
bayi yang baru tumbuh gigi, dia menangis, dari merangkak ke berjalan dia juga
nangis, sampe akhirnya dikasi anugerah sama Allah buat ngomong, nah begitu
terus sampe gede. Begitupula kaum remaja (ababil.red). Sikap dan sifat dominan
saat mengalami masa ini memang indah, hampir gak ada aturan. Bahkan dulu saya
pernah berpikir untuk gak dewasa-dewasa saking asyiknya masa-masa remaja.
Makanya, saking adilnya Allah, beliau mau mengatakan sama saya pribadi, kalo
waktu itu terus berjalan, sama kayak peredaran bumi. Bumi aja berotasi ditambah
lagi berevolusi, dan apapun keadaan kita, bumi tidak akan pernah menyalahi kodratnya.
Kalo kita gak gerak (inersia=lembam=malas), maka Good Bye. So, gak mungkin
kita stuck di masa remaja itu soalnya
banyak kejadian, peristiwa berbeda yang kita hadapi setiap hari, gak mungkin
kan menghadapi masalah berbeda dengan cara yang sama (ngutip, hehehe). Nah,
pengalihan masa remaja ke masa dewasa adalah masa peralihan yang lebih trend dengan masa galau. Wah kayaknya
rata-rata orang mengalami masa ini sekarang soalnya status di FB, twitter, maupun kehidupan nyata nih
dihiasi sama kata “galau” (atau mungkin digalau-galaukan, sekedar ikut trend, hehehe). Memang masa ini sulit
banget, namanya juga peralihan, ibarat bayi dari merangkak ke berjalan,
tertatih. Tapi di sisi lain, justru banyak pelajaran berharga yang didapat dari
masa ini, kalo kita memang niat belajar, atau masa ini akan berlalu tanpa
sedikitpun hikmah yang kita dapat, sayang banget kan. Karena kalo gak bisa
ambil pelajaran, kelihatannya saja kita sudah lulus dari kegalauan, padahal
kalo masalah yang sama kita hadapi untuk kedua kalinya, kembali lagi deh galau
(bagaimana kalo masalah berbeda yaa,,). Dan kata pepatah ni yaa, keledai saja
gak akan jatuh ke lubang yang sama. Ini keledai loo, hewan paling (maaf) bodoh.
Kalopun dia jatuh, jatuhnya ke lubang lain. Wah parah dong kalo yang
melakukannya manusia. Makanya guys, jangan sia-siakan masa galau ini, sedih
bisa, nangis boleh, tapi jangan berkepanjangan. Jatuh, bangkit, dan ambil
pelajaran.
Etss, bukannya saya cuma pintar ngomong lho, tapi masa-masa itu
sudah saya lewati, dan semoga masa yang sudah saya lewati itu juga dapat
memberi pelajaran buat saya dan sekitar saya. Apapun itu, mari sama-sama
belajar. Karena hidup kadang gak ketebak. Tidak menutup kemungkinan galau itu
datang lagi, tapi semoga untuk masalah berbeda. Terus belajar, perbaiki diri,
baik dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Dan betapa
beruntungnya kita jika belajar dari pengalaman orang lain, tanpa harus
mengalaminya terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar