Kemarin tuh ya ada satu
peristiwa yang kayaknya perlu dipikirkan. Bukan saya sih yang terlibat di
dalamnya, cuma jadi penikmat dan penonton, sekaligus ambil hikmahnya. Jadi
gini, ketika lagi asyik-asyiknya duduk di ruang tamu kostku, terdengarlah suara
ribut-ribut yang asalnya dari luar. Karena penasaran (kepo), akhirnya saya
memberanikan diri menempelkan kuping di pintu dan melihat keluar. Apa yang
terjadi? Nda ada piring pecah, sandal dilempar atau muka ditonjok. Hanya ada 2
orang yang lagi memperdebatkan suatu hal. Apa itu? Nanya mulu. Tapi baiklah
karena kalian penasaran, saya akan memberi sedikit gambaran percakapan mereka.
Anggap saja namanya Sisuka dan Sisayang (saya lebih suka pake nama ketimbang
abjad A, B, sampe Z). Supaya lebih original,
accent and language style nya pake
yang asli. Yang nda ngerti, tanyakan pada teman terdekat. Kalo gak ada yang
ngerti juga, baca aja dulu siapa tau ntar dapat pemahaman sendiri. Ok, here we go. . .
Sisuka : Biarmi, kenapa kau yang mau
pusing kah? Urusanku ini, biar itu bertemanki, nda berhakko atur-atur hidupku.
Sisayang : Lah, saya kan cuma kasi tau, justru
karena bertemannya ki’ na nda tegaka kalo dibilangiko begitu sama orang.
Lagian, kan nda baek memang kalo cewek na jam 12 malam masih ada ki di kostnya
cowok.
Sisuka : Edd, urusannya orang mau bilang
apa, nda pedulika’. Nda ngapa-ngapainja juga sama pacarku.
Sisayang : Iya, tapi jelek di dengar, nanti
didatangiki kostnya sama pak RT, bagaimanami…
Sisuka : Aisss, tidak bakalan itu,
kecuali kalo ada mulut ember kayak kau yang bocorkanki.
Dan
blablablablablablablabla….
Cukup sampai di situ,
saya sudah malas mendengarkan lanjutannya. Paling kayak sinetron Indonesia, endingnya mudah ditebak. Lagian nda baek
curi-curi dengar pembicaraannya orang (yang tadi terlanjurmi).
Di dunia ini, banyak
sekali peristiwa sejenis itu. Dikasi tau yang baik, diberi kritikan eh malah
ngotot, balik ngata-ngatain, padahal kita kan maksudnya baik. Jadi gimana dong?
Mau dibiarkan, nanti ikutan dosa. Dikasi saran, kritikan, atau apalah yang
sifatnya perhatian, eh malah dimarahin balik plus dikata-katain pula, kepolah,
GU lah. Yah, mungkin nda semuanya seperti itu. Okelah, mungkin hal-hal ini
dapat membantu:
1. Liat
situasi. Kalo orang yang mau dikasi kritikan lagi dalam keadaan mood nda stabil (kentara kok dari
mukanya yang terlipat), lebih baik jangan dulu deh. Soalnya dalam keadaan
seperti ini, bukannya dapat ucapan terima kasih, dimarah-marahi balik sangat
berpotensi besar, kayak peristiwa di atas.
2. Tempatkan
diri pada posisinya. Coba pikir deh kalo kita yang ada di posisinya dia,
mungkin sudah terlalu banyak orang yang memberi kritikan, bahkan cenderung
menyalahkan. Bisa saja dia cuma butuh didengar, bukan malah diceramahi.
3. Tahu
sifat aslinya. Ini yang paling penting. Ada orang yang bisa dikasi kritikan
langsung, adapula yang mesti didekati dengan cara berbeda (nda suka digurui). Pendekatannya
bisa dengan ngarang cerita yang similar dengan
peristiwa yang terjadi (niatnya kan baik). Yah kreatif-kreatifnya kitalah.
Meskipun dia teman kita, bukan berarti kita berhak secara gamblang menjudgenya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar