Senin, 10 Februari 2014

CINTA BRONTOSAURUS

Ini bukan tentang romantika dua binatang yang hidup di zaman dulu itu. Ini judul buku keduanya Raditya Dika yang difilmkan. Tulisan ini juga bukan sebagai resensi atau bersifat persuasive, karena aku yakin akan ada banyak pandangan subjektif di sini, namanya juga nge “fans”, haha. Masih mau baca gak?? Yang mau, tetap stay dan yang sudah bosan di baris ke-5 ini, silakan cari kesibukan lain, haha.
Beda dengan buku “Kambing Jantan” nya yang juga difilmkan (nda jelas juga kenapa semua judul bukunya pake nama hewan), buku “Cinta Brontosaurus” ini lebih ke kumpulan cerpen, meskipun masih tentang kesehariaannya Dika dan sekitarnya. Kalo “Kambing Jantan” kan lebih berupa diary nya dia, namanya juga diadaptasi dari blognya beliau. Nah, karena berupa kumpulan cerpen, awalnya aku juga berpikir, cara menyambung ceritanya bagaimana yah, kalau semua bagian mau diambil, otomatis waktu 2 jam nonton nda akan cukup. Bukan karena kepanjangan, tapi menemukan benang merah antar cerita itu lo bagaimana caranya (sok mengerti saja), pasti ada beberapa Bab yang nda diambil. Ternyata, setelah melihat filmnya, that’s right. Mungkin cuma sekitar 40 % lah dari bukunya (maaf kalo persentase nya nda akurat). Meski begitu, keluguan acting Dika (sama dengan karya-karyanya) dan pemain lainnya membuat film ini menjadi film ringan, mudah dicerna, and of course very funny. That was entertaining.
Ceritanya tentang Dika yang berjuang dalam karya dan cinta. Karyanya berupa buku yang baru saja diterbitkan dan ternyata minim pembeli. Berbagai cara yang dia dan agennya (Kosasih) lakukan agar buku itu bisa dikenal masyarakat dan mereka sudi membeli dan membacanya, yaitu melakukan berbagai talkshow. Beberapa kali dan beberapa kali pula gagal. Bukannya disambut baik, bukunya malah belum laku-laku. Sampai akhirnya ada produser film horor yang menawarinya untuk mengadaptasi buku tersebut jadi film. Hal ini nda disia-siakan sama Dika dan Kosasih. Tapi setelah mendengar bukunya akan diadaptasi jadi film horror “Hantu Cinta Brontosaurus”, Dika pun menolak. Jumlah nominal yang tidak sedikit membuat Kosasih_yang sudah menikah dan memiliki istri yang sangat konsumtif_ tidak setuju dengan Dika, akhirnya mereka ngambek-ngambekan. Di samping itu, masalah Dika lainnya adalah hubungan asmaranya yang terus kandas. Akhirnya, dia punya keyakinan bahwa cinta itu punya batas kadaluwarsa dan hebatnya saking seringnya menjalin hubungan dan putus, Dika tahu bagaimana cara putusnya seorang cewek dalam sekali pertemuan. Dia pun memutuskan jomblo sebelum menemukan cewek yang nda bisa ditebak cara putusnya. Keyakinan itu terus dipegang Dika hingga akhirnya bertemu Jessica, cewek manis yang beda dari mantan-mantannya. Singkat cerita, mereka pun pacaran. Meski banyak tantangan dan sempat break, hubungan mereka pun akhirnya membuat Dika yakin kalo cinta itu nda punya batas kadaluwarsa. Karena kekuatan persahabatan pulalah, Kosasih akhirnya mau menerima prinsip dan alasan Dika membatalkan bukunya diadaptasi. Cerita dalam film ini ringan, cocok untuk kita yang ingin refresh sejenak dari kepenatan, karena gaya humornya yang apa adanya. Hanya saja, ada beberapa adegan dalam film ini yang nyaris garing dan sebaiknya dihilangkan atau lebih divariasikan dengan sesuatu yang lebih berbobot. Tentu saja itu hanya pandangan subjektif saya, biar tambah asyik, mending nonton sendiri, hehehe. Kalo nda bisaki nonton di bioskop, sabar mi saja menunggu sampe filmnya beredar di laptop-laptop terdekat. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL 18 BULAN CAWA

Bismillahirrahmanirrahim Masya Allah, Tabarakallah akhirnya sampai di usia anakku yang ke-18 bulan dan bisa menulis kembali jurnalnya di sin...